Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Language education

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bahasa Arab & SDGs, Menggali Teori Bronfenbrenner di IC-ISLEH 2024

19 Oktober 2024   09:40 Diperbarui: 19 Oktober 2024   09:53 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 16 Oktober 2024, kami mendapat kesempatan untuk menjadi presenter dalam konferensi bergengsi, International Conference on Islamic, Science, Law, Language, Education, Ekonomics, and Humanity   (IC-ISLEH) ke-3 di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Tema yang diangkat, "Redefining the Islamic Education in Light of Sustainable Development Goals (SDGs)", memberi kami ruang untuk mengeksplorasi bagaimana pendidikan Islam dapat berkontribusi pada tujuan pembangunan global, termasuk dalam konteks pembelajaran bahasa.

Bersama teman, kami mengajukan artikel yang mencoba menghubungkan pembelajaran bahasa dengan Teori Sistem Ekologi Bronfenbrenner, khususnya dalam pengembangan semantik dalam bahasa Arab.

Dalam tulisan ini, kami ingin berbagi pengalaman kami tentang bagaimana lingkungan dan interaksi sosial berperan besar dalam membangun kemampuan bahasa, khususnya dalam memahami makna kata (semantik).

Perspektif ini kami pelajari dan aplikasikan dalam konteks teori Bronfenbrenner, yang memberikan pandangan bahwa lingkungan bukan hanya latar belakang yang pasif, melainkan sesuatu yang aktif membentuk perkembangan seseorang.

Menilik Teori Bronfenbrenner, Lingkungan Bukan Sekadar Latar

Teori Bronfenbrenner memperkenalkan kami pada cara pandang baru tentang lingkungan dan bagaimana interaksi dalam lingkungan itu memengaruhi perkembangan manusia. Lingkungan kita terdiri dari beberapa lapisan yang saling berkaitan, mulai dari yang paling dekat seperti keluarga hingga yang lebih luas seperti budaya dan kebijakan sosial.

Dalam konteks pembelajaran bahasa, teori ini memberikan gambaran yang lebih jelas bagaimana interaksi sosial di setiap lapisan ini dapat membentuk pemahaman seseorang terhadap bahasa, terutama dalam memahami makna kata dalam bahasa Arab.

Misalnya, saat belajar bahasa Arab, kata seperti "kataba" yang berarti "menulis" mungkin terdengar sederhana. Namun, pemahaman terhadap kata ini akan lebih mendalam jika siswa mendengar dan menggunakan kata tersebut dalam berbagai konteks, baik di rumah maupun di sekolah.

Di sini, Bronfenbrenner membantu kita melihat bagaimana lingkungan terdekat, seperti keluarga, dan interaksi di sekolah berperan dalam memperkaya pemahaman makna kata ini.

Pengalaman di IC-ISLEH, Bahasa dan Lingkungan yang Saling Terhubung

Saat mempresentasikan artikel ini di IC-ISLEH, kami menyadari bahwa teori Bronfenbrenner sangat relevan dengan pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Arab. Teori ini mengajarkan bahwa pembelajaran bahasa bukan sekadar menghafal kosakata, melainkan juga bagaimana kata-kata itu digunakan dalam interaksi sosial dan bagaimana maknanya dipahami dalam berbagai konteks lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun