Kedua, anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif cenderung kurang menghormati otoritas, baik di rumah maupun di luar lingkungan keluarga. Karena mereka jarang diberi batasan di rumah, mereka mungkin merasa sulit beradaptasi dengan aturan yang ada di sekolah atau masyarakat. Ini bisa berujung pada masalah perilaku, seperti sulit mematuhi peraturan atau kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya.
Ketiga, dalam jangka panjang, pola asuh permisif dapat menghambat anak dalam mengembangkan kemampuan mengelola stres dan menghadapi tantangan.Â
Ketika anak selalu dibiarkan memilih dan melakukan apapun yang mereka inginkan, mereka mungkin tumbuh dengan asumsi bahwa dunia akan selalu menyesuaikan diri dengan keinginan mereka. Hal ini tentu berbeda dari kenyataan hidup yang penuh dengan aturan, batasan, dan tantangan yang harus dihadapi dengan kedisiplinan dan ketekunan.
Bagaimana Mengimbangi Kebebasan dengan Aturan?
Lalu, bagaimana cara terbaik bagi orangtua untuk memberikan kebebasan namun tetap menjaga batasan yang sehat? Jawabannya terletak pada keseimbangan.Â
Kebebasan yang diberikan kepada anak harus disertai dengan panduan dan batasan yang jelas. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencapai keseimbangan tersebut:
1. Tetapkan Batasan yang Jelas
Meskipun penting untuk memberikan kebebasan pada anak, orangtua harus menetapkan batasan yang jelas. Misalnya, anak boleh memilih apa yang mereka inginkan dalam aktivitas sehari-hari, tetapi ada aturan tentang kapan mereka harus tidur atau menyelesaikan tugas sekolah.
2. Konsistensi dalam Aturan
Setelah batasan ditetapkan, orangtua harus konsisten dalam menjalankannya. Ketidakjelasan atau perubahan aturan yang mendadak dapat membingungkan anak dan membuat mereka merasa tidak tahu apa yang diharapkan dari mereka.
3. Berikan Kebebasan Bertahap