Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Language education

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Meretas Pendidikan Konvensional, Membangun Ruang Belajar yang Fleksibel dan Adaptif

16 September 2024   08:06 Diperbarui: 17 September 2024   14:23 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pendidikan | Dok. SHUTTERSTOCK via Kompas.com

Bayangkan seorang siswa yang memiliki akses ke materi pelajaran secara online. Ia dapat menonton video pembelajaran di rumah, mengulang kembali bagian yang belum dipahami, atau bahkan berdiskusi dengan teman sekelas di forum daring.

Dengan pembelajaran digital, siswa bisa belajar dengan kecepatan masing-masing tanpa tekanan waktu yang ketat. Ini memberi kesempatan kepada mereka yang lebih lambat memahami materi untuk mengulang pelajaran tanpa merasa tertinggal, sementara mereka yang lebih cepat bisa terus maju tanpa terhambat.

Namun, fleksibilitas tidak hanya mencakup aspek teknologi. Pengaturan fisik ruang belajar juga memainkan peran penting. Kelas yang adaptif menyediakan berbagai macam ruang untuk berbagai kebutuhan, mulai dari tempat yang tenang untuk belajar mandiri hingga ruang kolaboratif untuk diskusi kelompok.

Kursi dan meja yang bisa dipindah-pindah, area dengan pencahayaan alami, serta akses ke ruang terbuka bisa membantu menciptakan lingkungan yang mendukung berbagai gaya belajar.

Adaptasi Kurikulum, Mengakomodasi Kebutuhan dan Minat Siswa

Selain ruang fisik dan waktu belajar, kurikulum juga harus disesuaikan. Kurikulum yang fleksibel harus memberi ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi minat mereka sendiri, bukan sekadar mengikuti pola baku yang ditetapkan pemerintah atau institusi pendidikan.

Personalized learning, atau pembelajaran yang dipersonalisasi, adalah pendekatan yang semakin populer dalam pendidikan modern. Ini memungkinkan siswa memilih topik-topik yang mereka minati dan mendalami bidang tersebut dengan bimbingan guru.

Misalnya, seorang siswa yang tertarik pada sains tidak harus mempelajari sejarah politik abad pertengahan jika itu bukan minatnya. Sebaliknya, ia bisa lebih fokus pada penemuan-penemuan ilmiah atau konsep-konsep fisika yang relevan dengan keinginannya.

Sistem pembelajaran yang adaptif ini akan membantu siswa lebih terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, karena mereka belajar sesuatu yang memang mereka sukai dan relevan dengan masa depan mereka.

Tak hanya itu, kurikulum fleksibel juga membuka peluang untuk mengintegrasikan proyek-proyek interdisipliner. Dalam dunia nyata, masalah yang dihadapi sering kali kompleks dan memerlukan berbagai disiplin ilmu untuk menyelesaikannya.

Mengintegrasikan proyek yang melibatkan berbagai mata pelajaran seperti matematika, sains, seni, dan bahasa dapat memberi siswa gambaran yang lebih utuh tentang bagaimana ilmu pengetahuan saling berkaitan.

Peran Guru, dari Pengajar ke Fasilitator

Dalam ruang belajar yang fleksibel dan adaptif, peran guru juga mengalami transformasi. Guru tidak lagi sekadar menjadi pusat pengetahuan yang mentransfer informasi secara satu arah, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun