Ini bisa dilakukan dengan memberikan apresiasi terhadap setiap partisipasi dalam diskusi, dan dengan mengajak mahasiswa untuk melihat pertanyaan sebagai peluang belajar bersama, bukan sebagai ajang kompetisi.
Mengubah stigma ini juga memerlukan perubahan sikap dari mahasiswa itu sendiri. Mereka harus belajar untuk menghargai pertanyaan dari rekan-rekannya, dan melihatnya sebagai bagian dari proses pembelajaran yang kolektif. Dengan membangun sikap saling mendukung dan menghargai, mereka dapat menciptakan lingkungan akademis yang lebih inklusif dan produktif.
***
Diskusi kelompok seharusnya menjadi kesempatan untuk belajar, berbagi ide, dan mengembangkan pemikiran kritis. Namun, stigma bahwa bertanya kritis adalah 'cari muka' sering kali menghambat proses ini. Untuk menciptakan lingkungan akademis yang sehat dan produktif, perlu ada perubahan dalam cara pandang terhadap partisipasi mahasiswa dalam diskusi.
Dengan mendukung dan menghargai setiap pertanyaan yang diajukan, kita bisa memastikan bahwa diskusi kelompok menjadi ajang belajar yang benar-benar bermanfaat bagi semua peserta.
Pena Narr, Belajar Mencoret...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H