Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - طلب العلم

Setiap tulisan adalah jejak dari perjalanan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Transparansi Eksistensial, Refleksi Filosofis tentang Kehidupan yang Terlihat

23 Agustus 2024   18:18 Diperbarui: 23 Agustus 2024   18:19 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diawasi sang Maha Kuasa | Image by Freepik

Privasi, sebuah kata yang sering kali disandingkan dengan konsep kebebasan dan hak individual, menjadi topik yang semakin relevan di era modern. Namun, ketika kita merenungkan makna privasi dalam konteks yang lebih mendalam, muncul pertanyaan fundamental: apakah privasi benar-benar ada?

Dalam filsafat, pandangan ini sering kali dihubungkan dengan konsep pengawasan ilahi, di mana setiap individu diyakini selalu diawasi oleh entitas yang lebih besar, sang Maha Kuasa.

Filsafat, sebagai disiplin yang mendalami pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang eksistensi, pengetahuan, dan moralitas, memberikan kita kerangka untuk merenungkan konsep privasi ini. Dalam banyak tradisi agama dan filsafat, gagasan bahwa manusia selalu diawasi oleh Tuhan telah lama diterima.

Misalnya, dalam teologi Islam, konsep "muraqabah" merujuk pada keyakinan bahwa Allah selalu mengawasi hamba-Nya, mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati dan pikiran mereka. Begitu pula dalam tradisi Kristen, ada pemahaman bahwa Tuhan hadir di setiap momen, melihat segala perbuatan dan bagaimana niat yang ada dalam diri manusia.

Pandangan ini membawa implikasi mendalam terhadap bagaimana kita memahami diri kita sendiri dan eksistensi kita di dunia. Jika kita menerima bahwa privasi sejati tidak pernah ada karena pengawasan ilahi yang konstan, maka tindakan kita, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi, semuanya memiliki makna moral dan spiritual.

Tidak ada tindakan yang benar-benar tersembunyi; semua ada dalam pengetahuan sang Maha Kuasa. Ini menempatkan manusia dalam posisi di mana setiap tindakan, baik atau buruk, membawa konsekuensi moral yang tidak bisa dihindari.

Dalam filsafat eksistensialisme, yang sering kali berfokus pada kebebasan individu dan tanggung jawab pribadi, konsep pengawasan ilahi ini memberikan kontradiksi yang menarik. Eksistensialis seperti Jean-Paul Sartre menekankan bahwa manusia adalah "terkutuk untuk bebas," dengan kebebasan untuk membuat pilihan moral mereka sendiri.

Namun, kebebasan ini juga membawa beban besar karena tanpa adanya entitas yang mengawasi, segala sesuatu tampak relatif, tanpa nilai moral absolut. Tetapi jika kita memasukkan konsep pengawasan ilahi, kebebasan ini tidak berarti bebas tanpa konsekuensi. Sebaliknya, setiap keputusan harus dipertimbangkan dengan kesadaran bahwa ada entitas yang selalu mengawasi dan menilai.

Selain itu, konsep pengawasan ilahi ini juga memberikan perspektif baru terhadap bagaimana kita memahami nilai diri dan martabat manusia. Jika setiap individu selalu diawasi oleh Tuhan, maka setiap individu memiliki nilai yang tidak bisa diukur oleh standar duniawi.

Martabat manusia tidak ditentukan oleh pengakuan sosial atau pencapaian material, tetapi oleh hubungan mereka dengan sang Pencipta. Ini memberikan dasar moral yang kuat untuk konsep hak asasi manusia, di mana setiap individu dianggap berharga dan layak dihormati karena pengawasan dan pengetahuan Tuhan atas mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun