Ada saat-saat di mana laki-laki itu merasa asing di tempat yang seharusnya paling akrab baginya. Rasa canggung, ketidakcocokan, atau bahkan rasa terasing bisa muncul, menciptakan jurang yang sulit untuk dijembatani.
Tetapi, justru di sinilah letak keindahan pulang. Pulang adalah proses yang tidak hanya melibatkan fisik, tetapi juga mental dan emosional. Pulang adalah kesempatan bagi seorang laki-laki untuk berdamai dengan dirinya sendiri dan dengan perubahan yang telah ia alami.Â
Pulang adalah momen untuk memaknai kembali kehidupan, untuk melihat kembali apa yang benar-benar penting, dan untuk menghargai hal-hal kecil yang sering terabaikan ketika ia sedang sibuk mengejar dunia.Â
Di rumah, laki-laki itu belajar bahwa pulang bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan awal dari sebuah babak baru. Pulang adalah saat di mana ia bisa kembali menapaki jalan yang dulu pernah ia tinggalkan, dengan pandangan yang lebih dewasa dan bijaksana.
Laki-laki itu harus pergi untuk menemukan dunia, namun ia juga harus pulang untuk menemukan dirinya kembali. Pergi dan pulang adalah dua sisi dari satu mata uang, yang tidak bisa dipisahkan.Â
Keduanya saling melengkapi, membentuk siklus kehidupan yang terus berputar. Dalam setiap perginya, ada keinginan untuk pulang, dan dalam setiap pulangnya, ada kenangan tentang perjalanan yang telah dilalui. Pulang adalah tempat di mana segala sesuatu bermula dan berakhir.Â
Pulang adalah rumah, tempat di mana hati seorang laki-laki selalu tertambat, apa pun yang terjadi di luar sana. Di sinilah, di rumahnya, laki-laki itu menemukan makna sejati dari kehidupan.
***
Pena Hasyim: Malang, 20 Agustus 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H