Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - طلب العلم

Setiap tulisan adalah jejak dari perjalanan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membongkar Bahaya Hubungan Toxic di Kalangan Remaja

20 Agustus 2024   11:06 Diperbarui: 20 Agustus 2024   11:10 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hubungan toxic | Image by Kompas.com

Budaya populer turut berperan besar dalam menormalisasi pacaran. Film, musik, dan media sosial kerap kali menampilkan pacaran sebagai sesuatu yang manis dan romantis, tanpa memperlihatkan sisi gelapnya. Remaja yang tumbuh dalam lingkungan ini akhirnya menganggap bahwa pacaran adalah sesuatu yang wajib, bahkan jika itu berarti mengorbankan diri mereka sendiri. Ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap generasi muda kita.

Wajah Baru dari Kekerasan Terstruktur

Jika kita menelaah lebih dalam, pacaran sebenarnya bisa dianggap sebagai wajah baru dari kekerasan terstruktur di kalangan remaja. Mereka yang terlibat dalam hubungan toxic sering kali kehilangan identitas mereka sendiri, menjadi terisolasi dari teman dan keluarga, dan bergantung pada pasangan mereka secara emosional. Ini adalah bentuk lain dari penindasan, di mana remaja dipaksa untuk bertahan dalam hubungan yang merusak demi mendapatkan penerimaan sosial.

Kita harus berhenti menormalisasi pacaran. Ini bukanlah "bagian dari tumbuh dewasa." Ini adalah jalan menuju kehancuran bagi banyak remaja. Kita harus mulai mengajarkan nilai-nilai hubungan yang sehat dan bertanggung jawab, bukan mendorong mereka untuk terjun ke dalam dunia percintaan yang penuh dengan bahaya.

Stop Menormalisasi Pacaran

Sudah saatnya kita sebagai masyarakat berhenti menutup mata terhadap realitas kelam pacaran di kalangan remaja. Normalisasi pacaran hanyalah ilusi yang menutupi luka-luka emosional yang diderita oleh generasi muda kita. Jika kita benar-benar peduli terhadap masa depan mereka, kita harus mulai mengkritisi budaya ini secara serius.

Pendidikan tentang hubungan yang sehat harus menjadi prioritas, bukan hanya dalam kurikulum sekolah, tetapi juga dalam setiap rumah. Orang tua, guru, dan masyarakat harus bersatu padu untuk menghentikan normalisasi pacaran yang hanya membawa lebih banyak kerugian daripada manfaat. Remaja harus diberi pemahaman yang mendalam tentang arti cinta yang sebenarnya, yang tidak melibatkan kekerasan, manipulasi, atau pengorbanan diri yang berlebihan.

Mari kita ciptakan generasi yang memahami nilai-nilai hubungan yang sehat, yang mampu membedakan antara cinta sejati dan romantisme semu yang merusak. Sudah saatnya kita menghentikan kebodohan kolektif ini dan mulai melindungi anak-anak kita dari bahaya yang mengintai di balik normalisasi pacaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun