Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Freelancer - طلب العلم

Setiap tulisan adalah jejak dari perjalanan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tren Mengecek Nama di PDDikti: Antara Eksistensi dan Kontroversi

4 Agustus 2024   04:52 Diperbarui: 4 Agustus 2024   06:56 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Sevima. Com

Mengukur nilai seseorang hanya dari catatan akademisnya menunjukkan pandangan yang sempit dan kurangnya penghargaan terhadap keragaman pengalaman manusia

Media sosial, khususnya TikTok, selalu menghadirkan tren-tren yang menarik perhatian netizen. Salah satu tren terbaru adalah mengecek nama di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti). Tren ini menuai beragam reaksi, dari yang menganggapnya sebagai bentuk pencapaian hingga yang melihatnya sebagai alat untuk merendahkan orang lain. Fenomena ini mengundang diskusi mengenai motivasi dan dampaknya terhadap masyarakat.

Perayaan Pencapaian atau Keangkuhan Terselubung?

Bagi sebagian orang, mengecek dan memamerkan nama yang terdaftar di PDDikti merupakan simbol kebanggaan. Tidak bisa dipungkiri, proses perkuliahan adalah perjalanan panjang yang penuh tantangan dan perjuangan. Lulus dari perguruan tinggi dan tercatat secara resmi di PDDikti adalah bentuk pengakuan resmi atas keberhasilan akademis seseorang. Dalam konteks ini, menunjukkan nama di PDDikti adalah cara untuk merayakan pencapaian pribadi yang telah diraih dengan susah payah. Namun, ketika kebanggaan tersebut dipamerkan secara berlebihan dan digunakan untuk menunjukkan superioritas akademis, esensinya berubah. Bukannya menjadi inspirasi, tindakan ini justru berpotensi menjadi alat untuk merendahkan orang lain.

Beberapa netizen menganggap tren ini hanya digunakan sebagai alat untuk merendahkan orang lain. Ada narasi yang berkembang bahwa menunjukkan nama di PDDikti hanya untuk menekankan status akademis seseorang dibandingkan orang lain yang mungkin belum terdaftar. Ungkapan seperti "jangan jadikan aku sainganmu, namamu tidak ada di PDDikti saja kamu sudah kalah" mencerminkan penggunaan tren ini untuk mengolok-olok orang lain yang belum atau tidak tercatat di PDDikti.

Pandangan ini menimbulkan perdebatan di kalangan pengguna media sosial. Ada yang merasa bahwa mengejek orang lain karena status akademis mereka adalah tindakan yang memalukan dan tidak etis. "Jika tren ini digunakan untuk merendahkan orang lain, maka ini sangat menyedihkan dan memalukan," tulis seorang netizen di kolom komentar.

Dampak Negatif dan Kritik

Tren ini memunculkan sejumlah kritik tajam dari berbagai kalangan. Banyak yang merasa bahwa mengejek orang lain berdasarkan status akademis adalah tindakan yang tidak etis dan mencerminkan kurangnya empati. Penggunaan PDDikti sebagai tolok ukur untuk merendahkan orang lain memperlihatkan betapa dangkalnya cara pandang sebagian pengguna media sosial terhadap nilai manusia.

Kritik lain muncul dari perspektif sosial dan psikologis. Tren ini dapat berdampak negatif pada individu yang mungkin memiliki alasan valid mengapa namanya belum tercatat di PDDikti. Misalnya, proses administrasi yang lambat, kesalahan data, atau kondisi pribadi yang menghambat mereka menyelesaikan pendidikan tepat waktu. Alih-alih merendahkan, tren ini seharusnya menjadi momen untuk memahami dan mendukung satu sama lain dalam perjalanan akademis masing-masing.

Kesadaran akan Sistem yang Tidak Sempurna

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun