Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Language education

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Menenangkan Pikiran untuk Keputusan yang Lebih Baik

31 Juli 2024   03:18 Diperbarui: 1 Agustus 2024   00:08 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memberi diri kita waktu untuk merenung dan menenangkan pikiran sebelum bertindak bukanlah tanda kelemahan, tetapi tanda kebijaksanaan

Hidup bukanlah tentang apa yang terjadi pada kita secara kebetulan, tetapi tentang bagaimana kita merespons dan menanganinya. 

Kekecewaan bisa datang dari berbagai proses yang kita jalani, tetapi penting untuk diingat bahwa reaksi kita terhadap kekecewaan tersebut haruslah bijaksana. 

Dalam menghadapi tantangan dan ketidakpastian, reaksi yang terburu-buru sering kali membawa dampak yang lebih besar daripada masalah itu sendiri.

Emosi seperti kecewa adalah hal yang wajar, tetapi penting untuk tidak membiarkannya menguasai diri kita dan memengaruhi keputusan kita secara negatif. Ketika kita merasa frustrasi atau kesal, sangat mudah untuk membuat keputusan impulsif yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain di sekitar kita. 

Oleh karena itu, penting untuk memberi diri kita waktu untuk merenung dan menenangkan pikiran sebelum bertindak.

Kita semua memahami bahwa kesehatan mental seseorang adalah hal yang sangat pribadi dan unik. Seperti yang pernah disampaikan oleh Brene Brown, seorang penulis dan peneliti, "Kita tidak bisa menjadi manusia yang berani tanpa merangkul ketidaksempurnaan kita." 

Setiap individu memiliki kapasitas dan cara mereka sendiri dalam menghadapi stres dan tantangan. Oleh karena itu, tidak adil untuk membandingkan pengalaman dan reaksi emosional seseorang dengan orang lain. 

Sumber gambar: @willchelm
Sumber gambar: @willchelm

Namun, ada satu hal yang bisa kita lakukan untuk memastikan bahwa tindakan kita tetap produktif dan tidak merugikan: berpikir dulu sebelum bertindak.

Sebagai contoh, bayangkan seseorang yang baru saja mengalami kegagalan dalam ujian penting. Rasa kecewa dan kemarahan bisa sangat kuat. 

Namun, daripada langsung mengambil keputusan impulsif seperti menyerah atau marah kepada diri sendiri, mereka bisa mengambil waktu untuk merenung dan merencanakan langkah berikutnya. 

Mereka bisa mencari bantuan tambahan, memperbaiki metode belajar mereka, atau berbicara dengan seorang mentor untuk mendapatkan perspektif baru. 

Jadi dengan memberikan waktu bagi diri kita sendiri untuk merespons secara rasional, kita dapat menghindari keputusan yang didorong oleh emosi sesaat yang bisa merugikan.

Filsuf Stoik, Epictetus, mengajarkan bahwa "Tidak ada yang dapat mengganggu kedamaian pikiran kita kecuali kita mengizinkannya." Prinsip ini menekankan betapa pentingnya kita untuk memelihara kendali atas pikiran dan reaksi kita sendiri. 

Begitu juga, menurut Viktor Frankl, seorang psikoterapis dan penulis buku Man's Search for Meaning, "Antara stimulus dan respons ada ruang. Dalam ruang itu terletak kekuatan kita untuk memilih respons kita. Dalam respons kita terletak pertumbuhan dan kebebasan kita." 

Ini mengingatkan kita bahwa meskipun kita tidak dapat mengendalikan semua situasi, kita selalu memiliki kendali atas bagaimana kita merespons.

Sebagai tambahan, Carl Jung, seorang psikolog terkenal, mengatakan, "Apa yang kita lawan, bertahan." Ini menunjukkan bahwa melawan emosi atau perasaan kita tanpa pemahaman hanya akan memperburuk situasi. 

Dengan demikian, memberi diri kita waktu untuk merenung dan menenangkan diri sebelum bertindak adalah kunci untuk membuat keputusan yang lebih baik dan menjaga kesehatan mental kita.

Jadi ketika memahami bahwa setiap tindakan kita memiliki konsekuensi, kita dapat lebih bijaksana dalam menghadapi kekecewaan. 

Ingatlah bahwa waktu yang diambil untuk merenung dan menenangkan diri sebelum bertindak bukanlah tanda kelemahan, tetapi tanda kebijaksanaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun