Tragedi Lubang Buaya: Jerit Para Pahlawan
Malam kelam menyelimuti, angin berbisik ngeri,
Enam jenderal dan satu perwira, direnggut dari bumi pertiwi,
Kekejaman mengintai, di balik bayang gelap,
Lubang Buaya menanti, dengan mulutnya yang lelap.
Di antara jeritan malam, terdengar suara tangis pilu,
Para pahlawan terhempas, dalam kekejian yang tak terukur,
G30SPKI melancarkan aksinya yang keji,
Meninggalkan luka mendalam, pada sejarah negeri ini.
Enam jenderal dan satu perwira, dibawa paksa dalam kelam,
Di tangan kejam mereka, jiwa-jiwa itu terenggut,
Lubang Buaya menganga, siap menelan korban,
Kekejaman tak terperi, melukai bangsa yang tertegun.
Darah mengalir di tanah, merah menyelimuti bumi,
Nama-nama pahlawan terukir, dalam duka yang tak terucap,
Kenangan pahit terpatri, dalam setiap hati yang merintih,
G30SPKI mencatat sejarah, dengan tinta darah yang kelam.
Lubang Buaya menjadi saksi, pada derita dan jerit,
Kehilangan besar melanda, bangsa ini terhenyak,
Enam jenderal dan satu perwira, gugur dalam kezaliman,
Kita berjanji mengenang, dan menjaga amanat yang suci.
Malam berlalu, namun kenangan tetap ada,
Enam jenderal dan satu perwira, pahlawan bangsa yang sejati,
Kekejaman G30SPKI tak akan terulang kembali,
Kita berdiri teguh, dalam cinta dan hormat abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H