Mohon tunggu...
Ninuk Setya Utami
Ninuk Setya Utami Mohon Tunggu... lainnya -

Beberapa bulan ini nyari uang segede koran di salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat. Pengennya, bisa segera kembali ke Kepulauan Riau, atau bersua bersama saudara-saudaraku suku-suku termajinalkan di Indonesia. Berbagi kasih, berbagi keceriaan....

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Asap Rokok di Pesawat NBA bak Jejak Tambang

25 April 2011   07:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:25 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Snngggg….

Hidungku tiba-tiba mendengus bau sangat tak sedap. Kutahu biasanya bau seperti itu keluar dari lubang di antara dua bokong. Kentut!

Tak ada akses dengan udara keluar. Jika saja saat itu aku berada di dalam mobil, cepat-cepat kubuka kaca agar udara busuk itu lekas berganti. Tak ada tindakan lain kecuali segera menutup hidung dengan peralatan seadanya. Kain pengusir hawa dingin kudekap di hidungku. Ternyata bukan hanya aku yang mencium kentut itu. Mbak Eni yang duduk di sebelah mbak Elis mendengus-dengus kesal. “Mambu entut ya,” katanya. Aku hanya ‘membaca’ bibirnya, sedangkan suaranya sama sekali tak kudengar.

[caption id="attachment_104916" align="aligncenter" width="640" caption="Asap rokok di antara kebisingan"][/caption]

Perkiraanku ketika bau busuk itu menyengat, kami belum masuk ke wilayah Aceh. Mungkin juga di perbatasan Sumatera Utara dan Aceh. Rumah-rumah semakin jarang. Bahkan kadang aku berada di antara pohon rindang. Daunnya membentuk bulatan-bulatan seperti rambut krebo tampak dari atas.

[caption id="attachment_103090" align="aligncenter" width="300" caption="di atas Leuser"]

13037162931678999965
13037162931678999965
[/caption]

Lalu tiba-tiba ruangan kecil pesawat Nusantara Buana Air yang hanya berkapasitas penumpang 19 tempat duduk itu terasa sangat sesak. Kepalaku lingak-linguk mencari-cari sumber bau berbeda. Para laki-laki itu lebih banyak yang memejamkan mata ketimbang melamun atau melihat ke jendela bulat. Kabut asap menyeruak pesawat yang hanya beroperasi di hari Senin dan Jumat itu.

[caption id="attachment_103091" align="aligncenter" width="300" caption="sesak"]

1303716531698336697
1303716531698336697
[/caption]

Tulisan “No Smoking” di dinding menghadap penumpang, di atas kotak PPPK masih jelas terbaca. Tanda rokok disilang pun masih jelas dan kuyakin bisa dilihat hingga kursi paling belakang. Tapi, mataku tidak menemukan seorangpun mengepulkan asap rokok dari mulutnya. Mbak Elis yang tak tahan asap rokok semakin menutup hidung dalam kantuknya. ”Soko kono (dari situ),” ujar mbak Santi seraya menunjuk ruang kendali di depan kami.

[caption id="attachment_103092" align="aligncenter" width="300" caption="Co pilot yang masih tengak-tengok catatan...superman!"]

13037166581305203708
13037166581305203708
[/caption]

Hmm, baru tahu kalau di atas pesawat pun orang bisa merokok seenaknya. Jika mbak Santi benar, justru pilotnya yang merokok dari ruangan sempit di depanku.

[caption id="attachment_103094" align="aligncenter" width="300" caption="pulau dua dari atas. kecil... "]

1303716743135108398
1303716743135108398
[/caption]

[caption id="attachment_103095" align="aligncenter" width="300" caption="Hanya buka Senin dan Jumat"]

1303716823426317418
1303716823426317418
[/caption]

Hoahhh, sebentar lagi sampai bandara T. Cut Ali Tapaktuan. Pulau Dua Bakongan yang pernah kusinggahi tampak berjajar. Kapal tongkang pengangkut bijih besi yang banyak mengandung emas tampak merapat di salah satu pulau. Entah kapan ia akan menuju Cina membawa kekayaan bumi Serambi Mekah dan hanya meninggalkan jejak kerusakannya. Beberapa menit kemudian, sungai campur tanah seperti susu coklat mengeliat hendak menuju laut. Alirannya berasal dari tambang bijih besi di wilayah Menggamat, Kabupaten Aceh Selatan. Jejak tambang seperti udara yang kuhirup dalam pesawat Medan – Tapaktuan. Menyesakkan.....

[caption id="attachment_103096" align="aligncenter" width="300" caption="limbah...rusak...terus dirusak.."]

1303716894116176137
1303716894116176137
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun