Mohon tunggu...
Ninuk Setya Utami
Ninuk Setya Utami Mohon Tunggu... lainnya -

Beberapa bulan ini nyari uang segede koran di salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat. Pengennya, bisa segera kembali ke Kepulauan Riau, atau bersua bersama saudara-saudaraku suku-suku termajinalkan di Indonesia. Berbagi kasih, berbagi keceriaan....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lagu Baru Anak-anak Rimba

4 April 2011   04:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:09 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ting, ting ting ting ting ting, ting ting…twet twet twet twet….

Bang, SMS siapa ini Bang

Bang pesannya pakai sayang sayang

Bang nampaknya dari pacar abang

Bang hati ini mulai tak tenang

kwek kwek kwek kwek ....

Tiba-tiba aku rindu mendengar lagu itu. Lagu yang kali pertama kudengar terasa sangat aneh musiknya. ”Lagu apo nioma? Behelo Anjing! Jehat nian! Ta’unnnnnn, ta’un....(Lagu apa ini. Oh dewa. Jelek banget! Ya ampun),” tanya kepada Bekangga (13), Bekinya (12), Perbal (5), Mulau (7), dan Begendang (8). Aku tidak ingat persis tanggal berapa, bahkan tahunnya. Perkiraanku antara tahun 2005 sampai awal tahun 2006

[caption id="attachment_98713" align="alignleft" width="302" caption="Mulau si anak yatim piatu, belajar kapan saja dimana saja (foto KKI Warsi/Lander Ranajaya)"][/caption]

Mulau yang tengah menulis kalimat mudah ”Ake pogi delok pilo” malah ikut menyanyi. Kepalanya sambil lenggak lengggok kanan-kiri. Oleh anak yatim piatu yang hidup dengan nenek dan abangnya (Begendang),volume tape merk Nasional –bukan National- milik Tembuku (14) abang Bekinya itu dinaikkan. Rumah sekolah di rombong Ninjo, Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi, persis seperti pasar malam! Semarak!

Bang, jawab tanyaku Abang

Bang, nanti HP ini kubuang.

Bang, ayo dong jawab jujur saja Abang.

Bang kalau masih sayang

teeeet te’eeewwwwwt....

Nioma Es Em Ey, Ibu. Mikay piado tentu? Behelo, lah lamo kamia nganing Es Em Ey. Piado hanggo Jambi kiyun, Ibu? (Ini –lagu- SMS. Kamu tidak tahu ya? Ya ampun, kami sudah lama mendengar –lagu- SMS ini. Di –kota- Jambi sana tidak ada kah?),” sahut Perbal yang masih lima tahun itu. Bocah bercawat itu sesekali mengusap ingusnya. Di antara anak-anak yang belajar pendidikan dasar baca tulis bersamaku itu, usia Perbal paling muda.

SMS dieja Es Em Ey. Lidah Orang Rimba lebih cenderung mengeja akhiran ’S’ menjadi ‘I’ atau ‘Y’. Pedas misalnya akan diucapkan peday, tikus menjadi tikuy. Namun, sebaliknya akhiran I atau Y malah diucapkan ‘S’. Misalnya sungai menjadi sungos.

Kalau bersilat lidah memang abang rajanya

Tlah nyata Abang salah masih saja berkilah

Orang salah kirimlah

Orang iseng iseng lah

Mulai dari sekarang hp aku yang pegang

Teeet kweeeekkkkk.....

[caption id="attachment_98714" align="aligncenter" width="300" caption="Rumah sekolah kami...tidur, belajar, segalanya dilakukan di sini"][/caption]

Usai lagu SMS yang tenar di Jawa jauh setelah aku mengenal di rimba, lagu rancak satu album kudengar lagi. Lagi-lagi kubilang, ”Behelo anjing, lagu jehatttt.....” anak-anak yang belajar baca tulis hitung itu malah menertawaiku.

Seraut wajah tampan sangat mempesona

(mimpiku mimpi mimpi manis)

Di balik pintu hati tersimpan rinduku

(mimpiku mimpi mimpi manis)

Matamu terpanah asmara

Bibirmu bak telaga madu

Aduhaiiiii

Stop engkau mencuri hatiku

Stop engkau mencuri hatiku

(mimpiku mimpi mimpi manis)

Kalu nio, Ibu tentu? Nioa Mimpi Maniy (Kalau ini tahu? Ini –lagu Mimpi Manis),” ujar Bekinya yang menjadi kader pendidikan untuk sesama Orang Rimba bersama Tembuku dan Bekangga dari rombong Bepak Betenda –gelar Ninjo karena anak pertama dia bernama Betenda..

[caption id="attachment_98715" align="aligncenter" width="300" caption="Belajar sambil masak. Begendang bilang, "]

13018899351605781065
13018899351605781065
[/caption]

Yap, persis seperti lirik lagu itu, ’dibalik pintu hati tersimpan rinduku...’ aku sangat merindukan anak-anak yang memperkenalkan lagu itu padaku. Rindu anak-anak bercawat dan berkemban di Bukit Dua Belas sana. Anak-anak yang pintar tapi tak terperhatikan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun