[caption id="attachment_90082" align="aligncenter" width="300" caption="sepi..."]
Dari arah simbah menatap kejauhan, beberapa laki-laki tampak duduk santai bersandar bangunan putih muram. Koran lokal Solopos dibaca miring-miring agar mendapat cahaya yang cukup di antara dedaunan yang lebat. Ketika kumendekat, kaki putih orang bersandar sedang dipijit-pijit lelaki lainnya. Oh, toiletpun menjadi tempat pijit refleksi dan kebugaran! Ah, rasa pipisku malah sirna.
[caption id="attachment_90083" align="aligncenter" width="300" caption="siapa butuh dipijat?"]
[caption id="attachment_90084" align="aligncenter" width="300" caption="silakan pesan saya"]
Meski matahari mulai meninggalkan bumi, pengunjung semakin banyak saja. Jam 10 nanti, Vian akan membawaku ke ngGawok. Ada pasar pon-an di sana. Kata mbak Yus iparku, jadah wajik di sana enak-enak. Bibit tanaman juga tinggal milih. Yolah, ayo pulang Pi....”Aduh!” Kaki Cindy kesandung kursi rotan yang ditata di pinggir jalan menuju pintu keluar masuk.
[caption id="attachment_90085" align="aligncenter" width="300" caption="ikan sapu-sapu"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H