Mohon tunggu...
Ninuk Setya Utami
Ninuk Setya Utami Mohon Tunggu... lainnya -

Beberapa bulan ini nyari uang segede koran di salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat. Pengennya, bisa segera kembali ke Kepulauan Riau, atau bersua bersama saudara-saudaraku suku-suku termajinalkan di Indonesia. Berbagi kasih, berbagi keceriaan....

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Cuci Mata-Uangmu di Manahan Minggu pagi!

19 Februari 2011   09:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:28 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika saja mbak Tatik tidak menanyaiku begini, “Katanya setiap hari Minggu pagi, Stadion Manahan rame ya Nuk? Tapi kudengar nggak hanya orang olahraga aja ya yang kesana?”

[caption id="attachment_90071" align="alignright" width="300" caption="ada blackberry di "][/caption]

Aku yang ditanya hanya mengiyakan. Ragu-ragu menjawab benar bahwa di tiap Minggu pagi di sekeliling Stadion Manahan ramai oleh pedagang, sekaligus pengunjungnya. Aku takut jika mbak Tatik bertanya lebih lanjut, ”Pedagang apa aja?”

Lalu, jauh hari sebelum aku pulang ke Solo, Vian ponakanku kuminta berjanji. ”Tenan lho aku dijak neng Manahan pas Minggu esuk (Beneran lho aku diajak ke Manahan pas Minggu pagi)!” Malu lah aku jika ada teman menanyaiku lagi tentang Manahan Minggu pagi, aku hanya geleng kepala tak tahu apa-apa.

Vian manut dan memenuhi janjinya. Cindy adiknya juga ikut bersamaku. Mataku mengembara di hampir semua sudut. ”Kok jek sepi Nduk?” tanyaku pada mereka berdua. Yap, kata Vian aku terlalu bersemangat. Terlalu pagi sehingga para pedagang belum menggelar dagangannya. Meski demikian, pedagang latengan (makanan) sudah siap menjajakan dagangannya.

[caption id="attachment_90072" align="aligncenter" width="300" caption="cabuk rambak, sego liwet, pecet ada di sini"]

129810585778949459
129810585778949459
[/caption]

[caption id="attachment_90073" align="aligncenter" width="300" caption="cabuk rambak nan uenakkkkk"]

12981058961453547940
12981058961453547940
[/caption]

Bagaimanapun caranya jika sudah sampai Solo, cabuk rambak dan sego liwet harus bertemu lidahku. Tapi bangun tidur tadi perutku sudah terisi srabi solo dan teh panas buatan ibu. Apa boleh buat, sego liwet harus kunikmati tidak sekarang. Vian dan Cindy memilih cabuk rambak. Karak yang terbuat dari nasi yang diberi garam bleng, dipadatkan, diiris tipis-tipis, dijemur, setelah kering baru digoreng, kunikmati kriuknya. Satu kantong plastik berisi lima lembar hanya Rp 500!

Dari telo godog sampai laminating

Bunga Kurnia Bintang –kata simbah pedagangnya- kubawa pulang dengan harga sepuluh ribu. Awalnya simbah yang katanya berasal dari Tawangmangu, Karanganyar, itu mematok harga sampai Rp. 15 ribu. ”Sedoso mawon nggih, Mbah (sepuluh –ribu- saja ya).” Simbah tersenyum, lalu bilang, ”Yowes gawanen (Ya sudah bawa saja).”

[caption id="attachment_90074" align="aligncenter" width="300" caption="baunya bau jambu air"]

1298105949810603792
1298105949810603792
[/caption]

Cindy yang kelas 5 SD hanya mau Arum Manis. Bukan sejenis mangga, tapi gula yang diwarnai, lalu diolah menjadi benang-benang dan digulung-gulung menjadi bulatan lonjong dengan gagang kayu tipis.

[caption id="attachment_90075" align="aligncenter" width="300" caption="nggak hanya ada di Sekaten"]

12981060301644241441
12981060301644241441
[/caption]

Oh, ternyata tidak hanya Arum Manis, jajanan anak-anak khas Sekaten yang dijajakan di Manahan. Kapal perang berbahan bakar minyak goreng mengingatkanku pada adikku. Dulu setiap Sekaten tiba, ia selalu minta pada Bapak untuk dibelikan kapal othok-othok ini. ”Othok othok othok othok,” begitu memang bunyinya.

[caption id="attachment_90076" align="aligncenter" width="300" caption="kapal othok-othokpun ada!"]

12981064752123768308
12981064752123768308
[/caption]

Seorang pedagang yang kukira penjual jamu sibuk melayani pembelinya. Ada benda kecil warna-warni mencolok tergeletak di bawah kakinya. ”Kalih ewu mawon. Monggo. Mboten susah-susah melih nglebetke benang kangge dondom. Monggo monggo....(Dua ribu saja. Mari. Nggak perlu susah-susah lagi memasukkan benang ke jarum untuk menjahit –tangan).” Beberapa pembeli mempraktekkan lalu membayar benda seperti gagang silet itu.

[caption id="attachment_90086" align="aligncenter" width="300" caption="nggak perlu mengernyitkan mata. cukup 2 ribu"]

12981070091885977431
12981070091885977431
[/caption]

Dalam keramaian orang lalu lalang, juga membeli, entah di arah mana karena aku sudah tak tahu lagi arah mata angin, dua perempuan berpakaian seksi berlenggak-lenggok di lantai bersemen. Suaranya yang pas-pasan toh cukup menghibur banyak orang. ”Ben minggu yet ono, Bulik (Tiap hari Minggu memang ada –hiburan seperti ini),” tukas Cindy.

[caption id="attachment_90078" align="aligncenter" width="300" caption="selalu ada hiburan"]

1298106343684954762
1298106343684954762
[/caption]

Ah, andai aku tahu ada juga tukang laminating, KTP adikku akan kubawa. ”Oalah, aku yo lagi ngerti lho Bulik,” seru Vian seraya tertawa. ”Ya Allah, ono to yoan....(ternyata ada juga to),” katanya lagi. Lapaknya di belakang panggung hiburan. Beberapa saat kemudian aku juga menemukan lapak laminating lagi.

[caption id="attachment_90079" align="aligncenter" width="300" caption="laminating biar aman"]

12981067731043791130
12981067731043791130
[/caption]

[caption id="attachment_90080" align="aligncenter" width="300" caption="buat para perokok"]

1298106409931053207
1298106409931053207
[/caption]

Duduk di atas karung beras bekas, seorang nenek hanya terpaku melihat setiap orang yang lewat di hadapannya. Sesekali menatap dagangannya yang sepi pembeli. Ya, di jaman sekarang yang banyak orang berlomba membuat makanan silat lidah, siapa sudi sekalipun hanya melirik telo godog (ubi rebus), kacang godog. Toh demi sesuap nasi, simbah setiap hari Minggu berjualan di Manahan. ”Yen ora payu yo diiderke, Nduk (Jika tidak laku ya jualan keliling),” matanya sayu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun