Mohon tunggu...
Ninuk Setya Utami
Ninuk Setya Utami Mohon Tunggu... lainnya -

Beberapa bulan ini nyari uang segede koran di salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat. Pengennya, bisa segera kembali ke Kepulauan Riau, atau bersua bersama saudara-saudaraku suku-suku termajinalkan di Indonesia. Berbagi kasih, berbagi keceriaan....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mencari Kutu Gajah di Tesso Nilo

27 Desember 2010   03:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:21 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usai makan malam, ketika balik lagi ke bangunan kantor, bang Amdani ternyata sudah datang. Ia yang cepat akrab denganku telaten mengikir sesuatu. Tanyaku padanya, apa yang sedang dibuatnya. "Ini namanya gancu," sambil terus mengikir. Gancu dibuat dari pedal sepeda yang diruncingkan. Ujungnya dibengkokkan ke dalam, lalu diberi gagah sekitar 40an cm. Alat ini berfungsi untuk mengarahkan gajah ketika tidak menurut. Caranya dengan mengaitkan ujung yang tajam di kepala dekat telinga. Hmm, apa tidak membuat gajah sakit bang? "Nggak lah. Pukulan yang kita berikan adalah pukulan kasih sayang dan tidak menyakitkan. Kadang dipukul juga dengan gagangnya, hehehe, tapi tetap dirasakan tidak menyakiti," ujar pria asal Padang ini.

[caption id="attachment_80277" align="alignright" width="300" caption="Bukan untuk menyakiti"]

12934211491066956184
12934211491066956184
[/caption]

Di Taman Nasional seluas 38.576 ini terdapat enam ekor gajah latih. Flying Squad sendiri merupakan teknik mitigasi konflik manusia-gajah, dengan memberdayakan gajah-gajah latih untuk mengusir dan menggiring gajah-gajah liar yang masuk perkebunan atau pemukiman masyarakat kembali ke dalam area konservasi. Menurut cerita bang Amdani, di Tesso Nilo yang merupakan salah satu sisa hutan dataran rendah dan menjadi kawasan konservasi gajah ini terdapat 60-80 ekor gajah. Selain gajah, di Taman Nasional yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu Provinsi Riau ini juga terdapat satwa liar lain seperti, harimau (Panthera tigris sumatrae), rusa sumbar (Cervus unicolor), kijang muncak (Muntiacus javanicus), macan dahan (Neofelis nebulosa), owa (Hylobates agilis), beruang madu dan jenis mamalia lain. Nela yang nakal

[caption id="attachment_80278" align="alignright" width="300" caption="Nela mencari celah"]

1293421199120857547
1293421199120857547
[/caption]

Bang Iwan, bang Susilo, bang Andre membawa kami bertiga ke arah penambatan gajah. Menuju lokasi 'tersembunyi' itu, saya dibawa dengan menggunakan motor trail. Satu motor bertiga! Cukup jauh lokasinya dengan tempat kami menginap semalam. Heri dan Ucok mengatakan, aku sangat beruntung (sudah tiga kali kuhitung) diajak ke tempat itu. "Biasanya, tempat menambat gajah hanya diketahui oleh mahot. Orang lain tidak boleh mengetahui," ujar Heri. Tiga ekor gajah nampak perkasa dibawah aba-aba masing-masing mahot. "Ini Ria, Nuk." kata bang Iwan padaku sesaat setelah kami bertiga menunggu para mahot 'menjemput' para belalai panjang. Hmm, apa tuh belakang Ria? Ucok ternyata sudah memegang batang kayu sepanjang 1 meteran. "Untuk nakut-nakuti Nela, Buk, kalau nggak, ngejar dia!" ujar Ucok yang waspada. Ria berjalan sangat tenang. Nela, anak Ria menelusup ke depan Ria.

[caption id="attachment_80279" align="alignright" width="300" caption="Nela bersiap mengejar"]

1293420937813434170
1293420937813434170
[/caption]

Sepanjang jalan bekas jalan pengangkut kayu kertas menuju lokasi merumput, Nela berkali-kali berusaha mengejar kami. Ia akan pura-pura membelakangi kami, lalu secepatnya berbalik saat kami lengah. Tentu saja, Nela dan Teso anak Lisa hanya mengajak -manusia- bercanda dan bermain dengannya. Tapi gajah tetap saja gajah. Badan jumbonya, walau usianya baru dua tahun tetap saja membuat Ucok tersungkur. Tingkahnya, ihhhhh, ibarat bayi manusia pengen nyubit gemessssss!!!! Lucu! "Bapaknya Nela dan Teso ya gajah-gajah liar yang tertarik dan jatuh cinta sama Ria dan Lisa yang cantik-cantik ini," ujar bang Iwan sambil mengelus Ria.

1293421318813174172
1293421318813174172

129342138353407320
129342138353407320

Kutu gajah sebesar anak ayam "Ninuk lagi dapet tuh Bang," kata Heri pada bang Iwan. Aku sedikit kecewa bakal nggak bisa jalan-jalan dengan Ria, Lisa, Rahman karena aku sedang menstruasi. Menurut teman-temanku pemerhati gajah, gajah jinak biasanya enggan didekati perempuan yang sedang haid. "Coba dulu Ria dielus Nuk. Kalau dia nggak mengelak nggak papa naik," ujar bang Iwan. Ria tetap tenang. Bahkan ketika bang Iwan dan Ucok membantuku naik ke punggung, Ria tetap tenang. Lalu, trenggenuk....trenggenuk....aku jalan-jalan bersama Ria. Nela kadang-kadang meminta Ria berhenti untuk menyusu.

[caption id="attachment_80282" align="aligncenter" width="512" caption="Takut...Kasihan....Aku sayang kamu"]

1293421445900726418
1293421445900726418
[/caption]

[caption id="attachment_80285" align="aligncenter" width="483" caption="Haus Bunda..."]

12934215481257728578
12934215481257728578
[/caption]

Di atas punggung Ria, kuusap-usap kulitnya yang tebal. Rambutnya pun kayak sapu! "Bang, kutu gajah sebesar anak ayam kah? Kayak mana sih?" tanyaku. Yang kutanya malah tertawa. Ucok dan Heri tidak kalah ngakak menertawaiku. "Mana ada kutu gajah sebesar anak ayam, Nuk. Dibohongi siapa kamu?" sahut bang Susilo sambil tertawa. Aku hanya bengong-bengong ingat mas Rudi. Ah, dia yang bilang begitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun