"Boneka ini... kayaknya bergerak sendiri," gumam Raka dengan nada ragu. Belum sempat mereka mencerna situasi, pintu kamar tiba-tiba tertutup sendiri dengan keras. Angin dingin berhembus dari jendela yang pecah, seakan ada sesuatu yang mengintai mereka.
Di lantai bawah, Lisa, Sinta, dan Dinda mulai mendengar suara berbisik. Mereka saling berpandangan, wajah mereka pucat.
"Gue nggak suka ini. Pasti ada sesuatu di sini..." bisik Sinta.
Tiba-tiba, lampu senter Lisa mati. Kegelapan menelan mereka. Suara bisikan itu semakin jelas, terdengar seperti berasal dari berbagai arah, seolah-olah ada seseorang atau sesuatu yang mengelilingi mereka.
Sementara itu, di lantai atas, Raka, Farel, dan Bima mendengar langkah kaki kembali, tapi kali ini lebih cepat, lebih berat, seolah-olah seseorang sedang berlari mendekat ke arah mereka. Tanpa berpikir panjang, mereka berlari turun, bergabung dengan yang lain di lantai bawah.
"Kita harus keluar sekarang!" teriak Farel, wajahnya pucat pasi.
Semua langsung berlari menuju pintu keluar, tapi pintu itu terkunci, meskipun mereka yakin pintu itu sebelumnya terbuka. Panik, mereka mencoba membukanya dengan sekuat tenaga, namun tidak berhasil. Suara langkah kaki mendekat dari belakang mereka, kali ini disertai dengan suara napas berat.
Dengan napas tertahan, mereka melihat bayangan hitam besar muncul dari lorong, melayang perlahan ke arah mereka. Tanpa berpikir panjang, Bima berhasil mendobrak pintu, dan mereka semua keluar berlari tanpa menoleh lagi.
Begitu mereka keluar dari rumah itu, mereka mendengar pintu rumah tertutup dengan keras di belakang mereka. Nafas mereka terengah-engah, dan keringat dingin membasahi wajah mereka. Tidak ada yang berani berkata-kata hingga mereka kembali ke rumah penduduk.
Sejak malam itu, tidak ada satupun dari mereka yang berani membicarakan tentang rumah tua itu lagi. Warga desa hanya tersenyum misterius ketika ditanya tentang rumah tersebut.
Bagi kelompok KKN itu, rumah di ujung desa itu menyimpan sesuatu yang jauh lebih gelap daripada sekedar cerita mistis.