Mohon tunggu...
Nareswari
Nareswari Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Penyintas

'Pada genggaman himada, aku berpegang. Entah bara, entah kuntum bunga. Hakikat keindahan berada di dalamnya"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mentari: Apakah Cinta tentang Memberi atau Memiliki? (Part I)

6 April 2020   11:13 Diperbarui: 6 April 2020   11:41 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukannya selama ini ia merasa tidak nyaman dengan semua perhatian Mentari...tapi...ini semua rasanya masih begitu membingungkan.  "Beri aku waktu untuk menjawab" akhirnya hanya lima kata tersebut yang sanggup keluar dari mulut Rangga.

Seminggu berlalu. Rangga merasa hampa karena Mentari tidak lagi mengekorinya maupun memberinya sekaleng minuman isotonik. Rangga memantapkan hatinya untuk megatasi kehampaan tersebut dengan menerima perasaan Mentari. 

Ketika bel tanda sekolah usai berbunyi, Rangga bergegas ke kelas Mentari. Namun ketika melewati deretan kelas VII, terdengar keriuhan karena ada salah satu siswi yang pingsan. Rangga dengan sigap langsung membopong siswi tersebut. Siswi tersebut ternyata Kirana, primadona di antara siswi baru. 

Pertolongan yang diberikan Rangga membuat Kirana menyukai Rangga. Keesokan harinya Kirana mengajak Rangga untuk berpacaran. Ajakan Kirana tersebut membuat Rangga lupa diri. Tidak terbayang bagaimana girangnya perasaannya disukai oleh gadis yang dipuja banyak siswa di SMP tersebut. Mentari terlupakan begitu saja dari pikiran Rangga.

Hubungan Kirana dan Rangga tidak bertahan lama. Sebulan kemudian Kirana meminta putus hubugan dengan Rangga tanpa alasan yang pasti. Ketika Rangga berusaha memperbaiki hubungan keduanya, Kirana memberitahu Rangga bahwa ia sudah memiliki pacar. 

Bak ditampar karma, Rangga merasa pedih dan menyesal di saat yang bersamaan. Ia ingin menemui Mentari. Namun takdir seolah menghalangi Mentari dan Rangga untuk bertemu kembali. Hingga Rangga lulus SMP dan masuk sekolah khusus pembinaan atlit, ia tidak mampu menangkap bayangan Mentari sekalipun.

Pandangan Rangga begitu terpaku pada peti jenazah Mentari sehingga tidak menyadari waktu yang berlalu. Keluarga dan para pelayat yang tiba-tiba berkerumun mendiskusikan pemakaman Mentari membuyarkan lamunanya.

Saat kesadarannya kembali, Rangga baru menyadari bahwa 3 meter di sisi kanan dan kirinya terdapat dua laki-laki yang sedang menyeka air mata mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun