[caption id="attachment_167818" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS Nasional pada tahun 2002-2009 jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV terus meningkat. Usut punya usut ternyata tragedi ini dipengaruhi oleh suami-suami yang suka "jajan" di luar atau mungkin karena faktor lain. Terlepas dari itu semua, bayangkan jika ibu pengidap HIV menularkan virus tersebut pada anak keturunannya saat proses persalinan maupun melalui ASI yang diberikan ibu penderita HIV/AIDS. Bisa jadi Indonesia naik peringkat menjadi negara nomor 1 pengidap HIV/AIDS terbanyak. Kesehatan adalah hak setiap orang sejak lahir. Dalam UU No.23 tahun 1992 Pasal 9 juga diterangkan bahwa "pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat". Sungguh ironis jika banyak generasi muda Indonesia mengidap HIV sejak lahir. Selain akan merugikan diri sendiri, tentu akan menjadi beban bagi negara. Bagaimana nasib kualitas bangsa ini selanjutnya? Jika ada yang masih berpikiran bahwa aset terbesar bangsa Indonesia adalah kekayaan alam, itu merupakan paradigma yang sangat kuno. Aset terbesar bangsa Indonesia sebenarnya adalah manusia. Sehingga sangat penting bagi wanita untuk dapat melahirkan bayi yang sehat dan medidiknya menjadi pribadi yang berkualitas. Jelas peran ibu sangatlah penting di sini. Namun bukan berarti dukungan suami tidak dibutuhkan. Untuk itu kini ada slogan yang dirasa cocok untuk hal tersebut yaitu "Saatnya Pria Bertanggungjawab". Selain itu perempuan, khususnya IRT harus lebih cerdas dalam menanggapi masalah ini. Pemerintah harus tanggap terhadap masalah ini. Langkah-langkah penanggulangan masalah diatas harus segera direncanakan dan direalisasikan. Penyuluhan tentang HIV/AIDS melalui organisasi sosial yang biasa diikuti IRT seperti PKK, arisan, dawis dan lain lain agaknya efektif untuk menambah pengetahuan dan kewaspadaan IRT. Kerjasama lintas sektoral sangat dianjurkan karena masalah ini bukan hanya masalah orang yang berkecimpung di dunia kesehatan nanum juga merupakan tanggungjawab bersama. Jika hanya mengandalkan health servise provider, masalah ini akan sulit dibereskan. Dalam hal ini, kesadaran dan kepedulian masing-masing individu adalah hal yang paling penting. Oleh : Nareisywari Yudha K Mahasiswi FKM UNDIP Semarang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H