Konsumsi dan produksi desa merupakan tujuan ke-12 dari 18 tujuan SDG's desa yang memiliki kaitan dengan upaya mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan terhadap bumi melalui pola produksi dan konsumsi yang sewajarnya.Â
SDG's desa sendiri adalah upaya terpadu untuk mewujudkan Desa tanpa Kemiskinan dan Kelaparan, Desa Ekonomi Tumbuh Merata, Desa Peduli Kesehatan, Desa Peduli Lingkungan, Desa Peduli Pendidikan, Desa Ramah Perempuan, Desa Berjejaring, dan Desa Cepat Tanggap Budaya untuk percepatan pencapaian tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Diantara SDG desa tersebut, kami berfokus terhadap Desa Peduli Lingkungan.Â
Berdasarkan SDGS Desa diatas, kami selaku mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di lingkungan tamansari dari Kelompok KKN 70 yang dibimbing oleh Bapak Sjaeful Anwar mencoba memberikan sosialisasi tentang Produksi dan Konsumsi Desa di Tamansari. Tentu saja, hal ini disambut positif oleh warga Tamansari. Kami memberikan sosialisasi di RW. 13 Tamansari sebagai bentuk upaya untuk menyadarkan betapa pentingnya Desa peduli lingkungan.
Yang paling penting untuk menciptakan Desa Peduli Lingkungan adalah dengan mengubah pola konsumsi dan produksi pada masyarakat. Contohnya seperti mengubah cara belanja. Belanja merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan pada masyarakat. Biasanya, ketika kita membawa barang hasil belanjaan kita, seringkali kita menggunakan kantong kresek plastik untuk membawa barang-barang tersebut. Namun, menggunakan kantong kresek plastik sangat berbahaya bagi bumi dan tentu saja lingkungan, mengingat bahan plastik sulit terurai dan dapat membuat lingkungan menjadi tercemar.
Untuk menciptakan Desa peduli Lingkungan, langkah awal yang kita lakukan adalah dengan mengganti tas belanja kantong kresek plastik dengan menggunakan tote-bag yang lebih ramah lingkungna.Â
Dengan menggunakan tote-bag berbahan dasar kain membuat lingkungan menjadi lebih ramah. Dan yang lebih penting, dapat digunakan berkali-kali ketika kita akan berbelanja. Berbeda dengan tote-bag, kantong kresek plastik seringkali digunakan 1 kali setiap pemakaiannya sehingga membuat sampah plastik menjadi menumpuk dan sulit diurai.
Selain mengganti tas belanja yang lebih ramah lingkungan, kita bisa mengurangi penggunaan botol plastik dengan menggunakan botol tumbler.Â
Saat kita haus, seringkali kita membeli air minum kemasan botol plastik. Tanpa kita sadari, kebiasaan kita ini memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan tentu saja bumi. Botol plastik menyumbang sampah plastik dan setiap tahunnya, hampir tiga juta ton sampah plastik di seluruh dunia berasal dari botol minum kemasan plastik.Â
Diperkirakan, sekitar 60 juta botol plastik telah berhasil di daur ulang dan itupun hanyalah sebagian dari jumlah botol yang kita gunakan. Sisa dari botol minum kemasan plastik lainnya berakhir menjadi sampah, dibuang di tempat sampah dan perairan dan hal tersebut membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai.Â
Untuk mensiasati hal tersebut, kita dapat mengubah sampah menjadi sampah yang berguna. Contohnya seperti botol minum kemasan plastik yang sulit diurai dapat dimanfaatkan untuk membuat kerajinan, seperti membuat pot gantung untuk tanaman atau membuat kerajinan bunga hias. Bukan hanya itu, sampah yang kita daur ulang menjadi sampah yang berguna memiliki nilai ekonomis yang tentu saja dapat membantu perekonomian masyarakat.Â
Tidak hanya mengolah sampah menjadi sampah yang berguna, kita juga harus berhenti mengkonsumi permen karet karena permen karet mengandung plastik. Selain mencemari lingkungan karena sulit terurai, permen karet juga berbahaya bagi tubuh karena mengandung plastik.
Lalu, setelah memaparkan sosialisasi tersebut, adakah hasil yang menjanjikan?
Tentu saja, hanya dengan melalui sosialisasi tidaklah cukup untuk menciptakan Desa Peduli Lingkungan, karena untuk menciptakan Desa Peduli Lingkungan dibutuhkan kesadaran masing-masing dari masyarakat. Untuk menciptakan Desa Peduli Lingkungan bisa dimulai dari diri sendiri. Dengan mengubah gaya produksi dan konsumi desa dapat pelan-pelan menciptakan Desa Peduli Lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H