Berdasarkan data hingga 27 Mei 2022, Digiconomist memperkirakan bahwa jaringan Bitcoin bertanggung jawab atas sekitar 114 juta ton karbon dioksida per tahun---sama dengan jumlah yang dihasilkan oleh Republik Ceko. Total konsumsi energi listrik dari Bitcoin dan Ethereum sebesar 291,79
Emisi karbon yang dihasilkan tidak hanya dari menambang mata uang Crypto, tetapi juga transaksi ini dapat menyebabkan peningkatan pemanasan global. Penambangan mata uang kripto juga menghasilkan limbah elektronik dalam jumlah yang tidak sedikit, karena perangkat keras penambangan dengan cepat menjadi usang. Â
Maka dari itu, harus terdapat larangan dalam penambangan cryptocurrency untuk beberapa tahun ke depan karena menggunakan energi yang besar dan menghasilkan carbon footprint yang tidak kecil jumlahnya. Atau dari dalam diri kita harus sadar terhadap efek samping yang dihasilkan dari penambangan cryptocurrency dalam jangka yang lama sehingga kita tidak mengikuti trend Bitcoin mining.
Dari segi negative hadirnya cryptocurrency lebih mengarah ke dalam jumlah emisi karbon yang dihasilkan, serta konsumsi energi listrik yang begitu besar.Â
Dalam hal inilah mungkin dapat dikembangkan inovasi -- inovasi sumber daya terbarukan (renewable resources) Â yang dapat menghasilkan energi listrik sehingga cryptocurrency menggunakan energi yang sedikit atau bahkan menghasilkan 0 emisi karbon di waktu yang mendatang.
Referensi :
Digiconomist. 2021. Bitcoin may consume as much energy as all data centers globally
Mikhail Bondarev. 2020. Energy Consumption of Bitcoin Mining. International Journal of Energy Economics and Policy. 10(4), 525-529.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H