Mohon tunggu...
Narendra Ardhana
Narendra Ardhana Mohon Tunggu... Akuntan - ODHA

(bukan nama sebenarnya) tidak ada yang berbeda dengan saya, saya hanya seorang pengidap HIV (ODHA) yang terdiagnosa sejak awal 2014 ketika berusia 26 tahun dan menjalani terapi ARV hingga saat ini. Masih aktif bekerja full time sebagai back office, sedang belajar berwirausaha dan tidak di bawah naungan suatu lembaga atau yayasan sosial ODHA. Bagi yang ingin sekedar berbagi cerita, saran dan kritik bisa melalui email narendra.ardhana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senja di Pantai Matahari Terbenam

29 Desember 2016   16:52 Diperbarui: 29 Desember 2016   17:05 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kutitipkan kenangan tentangmu pada desiran angin di tepi pantai
 Bersama senandung lagu yang pernah kau berikan padaku
 Apa kau masih ingat
 Awal dan akhir kisah kita
 Maaf karena aku tak sempat menjabat tangan padamu sebelum aku pergi

 Seperti awan mendung di senja ini
 Persahabatan kita yang tak pernah dapat kumengerti
 Tentangmu, tentang mereka dan aku yang kini terpisah ratusan mill jauhnya
 Apa kau masih ingat
 Saat pertama kali kita bertemu
 Sebenarnya aku tak ingin mengingatnya kalau tau akan seperti ini jadinya

 Seperti pasir di bibir pantai yang tersapu ombak
 Begitu cepat kau datang
 Memberikan kesan yang dalam
 Menorehkan luka sesaat
 Apa kau masih ingat
 Kini aku menganggapmu sebagai saudaraku
 Tiada penyesalan untuk hari hari yang telah kita lalui

 Terimakasih kawan
 Melaluimu aku membiarkan diriku jatuh begitu dalam
 Merobohkan dinding yang dulu begitu kuat kubangun
 Ingin aku tertawa saat mengingatnya
 Bagaimana dulu kau pernah membual padaku
 Begitu bodoh dan lugunya aku

 Apa kau masih ingat
 Malam itu bahwa kaulah orang pertama yang tau
 Saat aku memulai lembaran baru hidupku
 Bahwa hidup tak kan pernah selamanya
 Dan gagal mempertahankan bukan berarti kematian
 Kala kebahagiaan dan kesedihan menjadi hambar

 Terimakasih kawan
 Seandainya kau ada di sini menikmati deburan ombak bersamaku
 Dan cahaya mentari yang telah memudar
 Hari hariku seperti senja kini
 Tidak ada lagi yang kuinginkan karena aku tak paham lagi apa itu arti bahagia
 Hanya terus tersenyum karena teman sejatiku kini hanya sepi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun