BUAT ANAK KOK COBA-COBA
Â
Slogan yang teramat sering kita dengar dan bahkan terkadang menjadi pilihan sulit yang harus kita ambil. Sebuah situasi yang menggambarkan pilihan kita sebagai orang tua, yang alih-alih memberikan yang terbaik justru mencari-cari alternatif hanya demi mengejar satu kepuasan yaitu harga yang murah.
Sebuah slogan fenomenal yang diciptakan oleh CAPLANG , dengan brand ambassador yang tidak main-main juga yaitu adalah Titiek Puspa. Walhasil perpaduan antara kalimat yang menggelitik, kekuatan brand caplang, dan pemilihan brand ambassador yang tepat berujung pada fenomenalnya tagline "Buat Anak kok Coba-coba". Tagline tersebut saat ini menjadi semacam jargon informal bagi masyarakat kebanyakan untuk mengingatkan atau menegur orang yang ingin mencoba suatu hal yang baru, yang belum jelas kualitasnya.
(Gambar yang saya lampirkan adalah penghargaan dari CAPLANG bagi kami - PT.Jendela Nusantara) (tonton video saya "THE WORLD is CHANGING" -- VUCA edition).
Dalam dunia yang saya tekuni 10 tahun ini, yaitu Pengembangan SDM terutama, coba-coba adalah hal yang sangat berbahaya. Terutama Zaman Sekarang dimana semua bisnis mengalami kerapuhan (Volatility = Kerapuhan dalam VUCA), maka salah satu asset yang bisa kita andalkan adalah SDM, dan kalau untuk itu kita coba-coba. Hmmmm bisa berbahaya hasilnya.
Zaman ini adalah zaman dimana kita harus sangat berhati-hati dalam melakukan asset alokasi. Salah dalam menentukan alokasi maka bersiap-siaplah untuk menghadapi rollercoasternya kehidupan.
Â
STUDY KASUS
COBA COBA BERUJUNG DUKA
Beberapakali saya mendapati cerita yang hampir sama, Customer yang marah dan kecewa dengan program pelatihan yang tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Rata-rata dari mereka kecewa karena program yang disajikan akhirnya hanya berujung dengan euforia dan tidak sesuai dengan yang diharapkan dan bahkan di beberapa kasus terjadi situasi dimana kegiatan pelatihan (khususnya yang diluar ruangan) dijadikan sarana "balas dendam" terhadap manajemen.
"Wow...." itu reaksi yang keluar dari bibir saya yang sebelumnya terkunci rapat-rapat.
Untuk membedah kasus itu, Kami biasanya menanyakan terlebih dahulu mengenai 2 hal terpenting sebelum event.
- PRE-ADMISSION
- Karena perusahaan kami adalah rumah sakitnya perusahaan, bengkelnya organisasi dan tabibnya kelompok maka kami menggunakan istilah ini. Ijinkan saya menggunakan kata ini. Tidak diijinkanpun toh sudah dan tetap akan saya gunakan ^^ (saya hobi meminjam istilah lini usaha lain -- preadmission adalah istilah dalam dunia rumah sakit yang berfungsi untuk membantu menekan pengeluaran-pengeluaran pasien selama di Rumah Sakit melalui pengurangan jumlah lama hari rawat dengan menggunakan pemeriksaaan X-Rays, test laboraorium, dan test-test yang dilakukan untuk pasien rawat jalan, sebelum jadwal rawat inapnya ditetapkan)
- Di PT. Jendela Nusantara Preadmission dilakukan dengan metode tanya jawab (wawancara) dan sesekali dengan Lembar Questioner. Dengan tujuan mampu menemukan racikan terbaik mengenai lokasi, durasi, fasilitas dll
- PRE-PROGRAMING
- Karena bagi perusahaan kami pelatihan (indoor atau outdoor) haruslah memiliki tema dan tujuan. Ibarat sebuah program tanpa fungsi, itu yang seringkali kami kemukakan kepada Customer kami mengenai pentingnya menanyakan tema, tujuan, dan sesekali permasalahan yang akan diangkat.
- Sebuah program tanpa tujuan layaknya kumpulan angka, huruf , dan algoritma tidak jelas yang lebih baik kita hapus saja dari Komputer kita.
Pada saat saya bertanya mengenai 2 hal ini hasilnya mengejutkan : Ternyata hampir semua yang mengeluh dan menceritakan masalahnya ke kami mereka tidak mendapatkan kedua hal tersebut. Mayoritas Vendor pelatihan yang mereka pakai sebelumnya lebih fokus menceritakan serunya acara, fasilitas dan *maaf* sesekali upeti pelancar program.
Singkat cerita mereka DEAL dengan kami, dan saya bertanya
"Kenapa tidak dari dulu-dulu ibu?"
Dijawab : "Habisnya tempat mas MAHAL"
Saya tersenyum dan menjawab "Yaampun Ibu , BUAT ANAK KOK COBA-COBA"
Â
YANG TIDAK COBA-COBA
Saya adalah tipe orang yang percaya bahwa tidak ada kebetulan di dunia ini, bahasa kerennya : "There is no such as a coincidence". Saya dilatih luar biasa mengenai hal tersebut pada pelatihan Public Speaker yang diadakan oleh IPSA(Indonesian Proffesional Speakers Association) bahwa segala sesuatu perlu dipersiapkan baik dari sisi grooming (appearance) sampai dengan personality kemudian isi pembicaraan yang idealnya disusun dengan sangat structural bahkan untuk sekedar berbicara lima menit saja di muka publik.
Maka dari itu saya berikan TIPS "TIDAK COBA-COBA" khususnya bagi perusahaan atau perorangan yang ingin berinvestasi pada SDMnya (baik itu outbound, outbond training, experiential learning, training, dll).
TIGA TIPS UNTUK TIDAK COBA-COBA
Ketahui vendor yang anda pilih
- Â Portofolionya
- Legalitas
- Client History
- Domisili
- Brand Product layanannya (kalau ada)
- Sejarahnya
- Sertifikasi atau Penghargaan yang mereka dapatkan
- Kenali metode Pre-Event mereka, idealnya adalah ada semacam : PREADMISSION dan PRE-PROGRAMING
- Hindari yang sangat murah. Awas dimarahi tante Titiek Puspa " Buat anak kok coba-coba"
Demikian tulisan singkat ini kami harap dapat bermanfaat dan tidak menjadikan kita coba-coba khususnya apabila berkaitan dengan pelatihan SDM di era VUCA ini.
Bagi yang belum update mengenai VUCA bisa lihat video saya di Link Berikut
Salam Sukses Luar Biasa Bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H