Mohon tunggu...
Sunardi Sunardi
Sunardi Sunardi Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Peneliti lingkungan hidup

Kuli tinta yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ke(Lulus)an

27 Juni 2014   04:51 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:41 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejenak tersentak dengan pembicaraan dua orang Ibu-ibu di perhentian trafic light. Salah satunya memulai pembicaraan "Anaknya sudah di daftarkan dimana Bu'? tanya salah satu Ibu yang membonceng anaknya. Tampaknya mereka baru saja usai menghadiri acara kelulusan sekolah. Sang Ibu lainnya menjawab "udah di daftarin ke pondok bu', sambil sekolah d SMP juga, moga-moga anaknya betah dan bisa menjadi ustad bu'. Aamiin..Aamiin Ibu yang tadi kembali menimpali pernyataan ibu tersebut. dan tampak kedua anak yang berada di belakang Ibu masing-masing melempar senyum sesamanya. Warna merah pun berganti hijau saatnya kembali bergegas.

Obrolan singkat yang sempat terdengar oleh inderaku, sedikit membuat pikiranku jauh menerawang. Bahwa nasibku tak seberuntung dua bocah tadi. Bahwa saya harus menerima bahwa tak pernah ada obrolan tersebut yang sempat terbersit di bibir ibu dan ayahku. Iya, mereka tak pernah sekalipun membicarakan kemana anaknya ini akan melanjutkan pendidikan, dari bangku sekolah dasar hingga jenjang program master yang ku tempuh. Apakah mereka tidak peduli? Bagiku tidak begitu, karna dalam diam pun mereka mampu bicara pada anak-anaknya, menunjukkan jalan kehidupan yang terang benderang. Pernahkah Ibuku menggandeng tanganku erat saat menunggu pengumuman kelulusan layaknya ibu-ibu seperti biasa yang menenangkan kecemasan buah hatinya? Jawabannya juga tidak pernah. Tapi saya masih bisa bersyukur karna saya tahu dibalik punggung saya ada Doa Ibu yang menderas kuat menenangkan batin saya. Bahkan sebuah kesempatan saya berdiri lebih depan di banding rekan-rekan saya tapi tatapan saya hanya nanar melihat rekan-rekan saya lebih bahagia karna ada orang tua yang menemani mereka di hari kelulusan dan tak perlu nilai yang sempurna untuk itu. Ahh apalah gunanya usaha ini jika kehadiran Ibu dan Ayah pun hanya bagian ilusi agar tetap tegar.

Ibu Ayah, sudah 4 kali kelulusan (SD, SMP, SMA, S1) aku menunggu senyummu menghiasi hari bahagia itu. Aku hanya iri dengan mereka, tapi rasa iri ku tak akan mengalahkan rasa banggaku pada kalian berdua. Masih selalu ku ingat pesan mu tiap kelulusan "Belajar yang lebih rajin, jangan seperti ibu dan bapak yang harus merantau di negeri orang". Terima kasih atas segala kasih sayang yang kau berikan, ku tahu tak mesti kata selalu terucap, tak mesti senyum selalu tampak, tapi yang pasti kalian adalah pelita bagi jalan gelapku. Ku tahu jarak begitu jauh memisahkan kita. Tapi apalah arti jarak bagimu demi memberikan pendidikan untuk anak-anakmu.

#Menjelang kelulusan ke-5 besar harapan aku bisa menggangdeng dengan bangga kalian berdua

Bapak Ibu-Ku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun