YOGYAKARTA - Asisten Redaktur Detikcom Elza Astari Retaduari berbicara mengenai pengalamannya bekerja sebagai jurnalis media online di detikcom melalui video konferensi bersama mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada Rabu Siang (27/04/2020).
Elza juga merupakan alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta tahun 2005. Ia sempat bekerja sebagai content writer untuk DetikJogja.
Sebelum kamu memutuskan untuk menjalani karir sebagai jurnalis, pastikan kamu mengetahui kunci penting untuk menjadi seorang jurnalis yang baik dan benar.
Sebab, seorang jurnalis tentu saja harus memiliki integritas tinggi untuk mampu mengungkapkan fakta dan memperjuangkan kebenaran dalam tulisan yang akan dibaca dan dilihat oleh jutaan pasang mata.
Waw! Tanpa adanya integrasi yang tinggi serta tujuan untuk melayani kepentingan publik, tulisan seorang jurnalis bisa saja menjadi senjata yang dapat menimbulkan kekacauan yang memiliki potensi hoax dan perpecahan di antara masyarakat.
Nah, ini dia tiga kunci penting untuk bisa menjadi seorang jurnalis:
Jurnalis Bermartabat, Layar Sehat, Pemirsa Cermat -- Bekti Nugroho, Ketua Hubungan antar Lembaga Dewan Pers
1. Modal Pendidikan Ilmu Komunikasi
Profesi Jurnalis tidak ada bedanya dengan profesi lainnya, misalnya Dokter, karena sama-sama berguna untuk masyarakat.
Kalau dokter dapat menyembuhkan penyakit orang, maka jurnalis dapat memberi informasi penting bagi masyarakat tentang suatu hal.
Dari informasi itu, masyarakat dapat menjadi cerdas dan cara pandang atau pola pikir seseorang dapat berubah.
Salah satu kunci untuk memulai karier di bidang jurnalisme adalah dengan belajar di dunia ilmu komunikasi.
Di sini, kamu harus memilih jurusan yang akan membantumu mempelajari jenis jurnalisme secara spesifik, misalnya di Atma Jaya Yogyakarta ada Komunikasi Media Massa dan Digital
"Akan terlihat sekali perbedaan kamu yang dari jurusan komunikasi, apalagi khususnya jurnalistik ya dengan kawan-kawan mungkin yang memang punya basic bisalah nulis atau apa namanya meliput  dengan baik, tetapi  tetap ilmunya akan berbeda gitu," ungkap Elza.
Ada sejumlah perbedaan yang terlihat dengan orang yang bukan lulusan Ilmu Komunikasi, baik itu dari segi penulisan, saat bertemu dengan narasumber dan kode etik atau cara untuk meliput yang baik dan benar.
2. Siap Mental
Untuk menjadi jurnalis, kuncinya ada pada mental.
Banyaknya tuntutan dari kantor yang mengharuskan untuk cepat dan tekanan yang lumayan besar datang dari narasumber dan orang di lapangan mengharuskan jurnalis untuk tidak mengeluh.
"Di detik itu, sebisa mungkin walaupun harus cepat, tetapi kita antara cepat atau akurat itu harus sama," kata Elza.
Kalau di detikcom ada diagram bagi anak baru. Ini berfungsi untuk melihat seberapa kuatnya mereka dalam sehari.
Elza mengatakan, mereka tidak akan kaget kalau baru sehari sudah resign, karena tekanannya lumayan besar.
Biasanya kalau sudah melewati tiga bulan berarti bisa beradaptasi.
3. Punya Daya Tahan Tinggi
"Kalau fisik ya aku bisa bilang di bawahnya mental lah," tutur Elza.
Jurnalis harus memiliki stamina yang baik, karena saat meliput banjir, Ia harus terjun ke genangan air untuk mewawancarai narasumber yang masih berlindung di dalam rumah yang tergenang air.
Lalu, kerja jurnalis tidak mengenal waktu, jurnalis terkadang bertugas hingga larut malam atau bahkan pagi lagi.
Jurnalis tidak mengenal kata 'libur', karena itulah seorang jurnalis tidak bisa bekerja dengan waktu yang tetap setiap harinya.
Di sisi lain, tuntutan sebagai jurnalis online yang diharuskan cepat dan akurat ada pada pengelolaan proses produksi konten berita dan media sosial.
Pembicara lainnya, Head of Content Delivery and Engagement at DetikCom Meliyanti Setyorini mengatakan, Traffic dari media sosial DetikCom sekitar 20,33%.Â
Buat kamu yang bermimpi menjadi seorang Jurnalis DetikCom, silakan daftar di career.transmedia.id
Silakan simak video lengkapnya "Proses Produksi Konten dan Pengelolaan Media Sosial di DetikCom" di bawah ini :
Orang bilang ada kekuatan-kekuatan dahsyat yang tak terduga yang bisa timbul pada samudera, pada gunung berapi dan pribadi yang tahu benar akan tujuan hidupnya. -- Pramoedya Ananta Toer, Rumah Kaca
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H