Mohon tunggu...
Naraya Athalia Putri
Naraya Athalia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student

Saya adalah pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Toleransi Agama Warga Desa Buntu

27 Maret 2024   11:12 Diperbarui: 27 Maret 2024   11:23 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah pegunungan terdapat sebuah desa kecil bernama Desa Buntu. 

Desa Buntu berada di Gunung Sindoro, desanya luas, penuh penduduk dengan berhektar-hektar lahan digunakan untuk bercocok tanam. 

Namun ada satu hal yang menonjol dari masyarakatnya, yaitu toleransi beragama yang tinggi. 

Toleransi mereka yang luar biasa juga datang dari rasa kolektivisme yang luar biasa, kerja sama tim, dan rasa damai serta keakraban mereka dengan semua orang di desa.

Mereka menganut lima agama, Islam (Muhammadiyah & N.U), Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. 

Meskipun umum bagi masyarakat untuk berpikir bahwa dengan banyaknya agama yang diberikan, akan ada semacam konflik antara agama dan jenisnya. 

Namun fakta yang mengejutkan adalah hampir tidak ada konflik sama sekali. 

"Masyarakat hidup dengan damai walaupun menganut agama yang berbeda" Kata Bu Sumrah. 

Salah satu contoh yang lebih besar adalah ketika setiap agama mempunyai perayaan khusus masing-masing. 

Jika ada komunitas yang sedang merayakan hari perayaan di agamanya mereka pada tempat beribadahnya masing-masing, mereka yang tidak merayakannya akan datang dan melindungi mereka yang melaksanakan beribadah dan merayakan acara keagamaannya, dan aturan ini akan diterapkan sebaliknya. 

"Sebenarnya sudah biasa jika ada pernikahan beda agama, karena toleransi yang sangat kuat di desa ini," kata Bu Sumrah. 

Pernikahan beda agama merupakan hal yang lumrah bagi masyarakat desa, salah satu contohnya adalah Buddha-Islam, Katolik-Kristen, dan sebagainya. 

Pindah agama juga merupakan praktik umum, baik karena pernikahan atau karena pilihan pribadi. Di kota tersebut, sudah menjadi rahasia umum bahwa perubahan agama secara tiba-tiba akan dianggap aneh, terutama pernikahan beda agama. 

"Selama orang yang berganti agama menjadi orang yang lebih baik, dan lebih taat kepada tuhannya, maka pergantian agama pun tidak apa-apa." Kata Bapak Sumrah.

Ini menjelaskan bahwa selama orang tersebut berkembang menjadi orang yang lebih baik hati dan rendah hati, maka perubahan agama dapat dimaafkan.

Kalau bisa dibandingkan dengan penduduk kota-kota besar (JABODETABEK), sifat toleransinya di Desa Buntu sangat baik.

Banyak orang kota yang akan melihat toleransinya warga Desa Buntu sebagai hal yang aneh, karena belum biasa ketemu hal hal seperti pernikahan beda agama dan pindah agama.

Tapi di Desa Buntu, ini telah menjadi hal yang biasa untuk warganya, hingga bisa dianggap sebagai hal yang normal untuk warga. Karena mereka lebih buka dengan informasi-informasi yang baru, walaupun menganut agamanya mereka dengan kuat. 

Sekian artikel saya, mohon maaf bila ada salah kata, bila tidak menyinggung, terima kasih.

Source: Candi Arjuna
Source: Candi Arjuna

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun