Mohon tunggu...
Naraya Syifah
Naraya Syifah Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Penggembala Sajak

Tidak ada yang istimewa dari Naraya Syifah, ia hanya seorang gadis kampung yang sederhana, putri sulung dari keluarga sederhana yang disimpan banyak harapan di pundaknnya. Ia memiliki kepribadian mengumpulkan sajak di pelataran rumahnya. Pernah tergabung dalam beberapa komunitas literasi dan alhamdullilah saat ini sebagai penggerak literasi di kabupaten Subang. Ia menjalankan komunitas Pena Cita bersama teman-teman sehobinya. Kecintaannya pada literasi menghantarkannya sampai di sini. Semoga awal yang baru ini dapat lebih mengembangkan tulisannya dan merubah hidupnya. Selain menulis ia juga tergila-gila dengan K-drama yang dapat menginspirasi nya dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Love

My Old Story

6 Januari 2023   09:02 Diperbarui: 6 Januari 2023   09:15 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar Kapanlagi Plus

Orang-orang menyebutnya cinta monyet. Kata itu begitu familiar di gendang telingaku. Tapi bagiku, itu cinta sungguhan. Karena aku bukan seseorang yang mudah memberikan hatiku untuk siapapun sekalipun aku belum dewasa. Namun saat itu, masih terasa asing dan baru bagiku.

Sejujurnya, aku tidak menyadari dan bahkan tidak tau saat alarm di hatiku bergetar karenamu. Apa aku sebegitu dungunya? Atau aku berpura-pura tuli? Tapi, andai saja ... Andai saja aku bisa melakukannya sekali lagi, aku ingin kembali ke masa itu dan merasakannya lagi. Caramu mengetuk pintu hatiku, aku tidak akan melupakannya.

Bagaimana, ya, mengungkapkannya?

Kesan pertamamu bagiku tak sampai mencuri ingatanku. Di usia itu aku belum punya kegemaran menawarkan seseorang untuk berkunjung dalam pikiranku. Kepalaku saja sudah sesak dengan semua hal tentangku, seperti tak ada lagi ruang kosong untuk mengisi apapun lagi. Apalagi sebuah tempat untuk memikirkan orang lain. Aku juga tidak punya apapun untuk disuguhkan. Jadi, bagaimana aku bisa menyambutmu dengan ramah? Aku tidak punya jamuan apapun untuk dihidangkan.

Saat pertama kau memamerkan senyummu padaku di hari itu, aku malah terjebak di kedua matamu yang teduh. Hari-hariku kian berubah terus diguyur perhatianmu. Hatiku yang kering ini lamat-lamat basah sampai akhirnya aku hanya bisa melihatmu saja. Kau membuatku bergantung padamu dan terus memikirkanmu tanpa sebab.

Bagaimana aku bisa menanggalkan aroma asing itu di bajuku? Bahkan, meski aku berusaha keras menghapusnya aku selalu mencium harummu. Meski hujan turun dengan derasnya tetap tak mampu hilangkan rasa itu.

Kenapa aku tidak bisa berpura-pura lupa setelah menghadapimu? Kau membuatku muak karena terus bertengkar dengan kepalaku setiap hari.

Apa kau tau sebuah kotak biru yang berpura-pura menjadi temanku selama ini? Di sana dipenuhi tentangmu. Diam-diam malam pun mengintip hatiku lalu membacakan dongeng tentangmu setiap tidur. Dia pun sudah fasih mengeja namamu hasil dari mencuri dengarku selama ini.

Sejak saat itu, aku mulai gemar mengumpulkan senyummu dalam ingatku. Aku juga mulai mahir melukis rindu. Ah, apa kau ingat? Namanya, Cinta?

Cinta?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun