Saat sepi bertandang mengetuk rumah hatiku
Kupersilakan ia duduk di beranda teras rumahku
Memakan apapun yang kuhidangkan
Meminum apapun yang kusuguhkan
Namun sepi semakin pongah
Menari-nari memutari tubuhku yang pasrah
Ia ingin hidangan lain dari hatiku
Saat kutanggalkan ia
Menangis tersedu-sedu
Mengadu telah dicampakkan
Mengarang dusta sana sini
Mengemis perhatian tengadahkan tangan
Bulir intannya berjatuhan di kulitku
Kupeluk ia dengan tulang-tulangku yang copot
Berjatuhan di lantai
Digerogoti malam
Dihancurkan angin
Diremukkan keadaan
Aku hancur di tangan sepi
Malam ini
Subang, 12 Juli 22
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H