Mohon tunggu...
Naraya Syifah
Naraya Syifah Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Penggembala Sajak

Tidak ada yang istimewa dari Naraya Syifah, ia hanya seorang gadis kampung yang sederhana, putri sulung dari keluarga sederhana yang disimpan banyak harapan di pundaknnya. Ia memiliki kepribadian mengumpulkan sajak di pelataran rumahnya. Pernah tergabung dalam beberapa komunitas literasi dan alhamdullilah saat ini sebagai penggerak literasi di kabupaten Subang. Ia menjalankan komunitas Pena Cita bersama teman-teman sehobinya. Kecintaannya pada literasi menghantarkannya sampai di sini. Semoga awal yang baru ini dapat lebih mengembangkan tulisannya dan merubah hidupnya. Selain menulis ia juga tergila-gila dengan K-drama yang dapat menginspirasi nya dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Berkah Jadi Santri

4 Juli 2022   20:41 Diperbarui: 4 Juli 2022   20:43 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu, di zamanku kami sering meminum air keran sebagai konsumsi. Bukan karena malas memasak atau nggak punya duid buat beli, tapi karena ingin saja. Dan meskipun ada air galon di kamar masing-masing, tetap saja sesekali kami minum air keran. Memang betul, sih, bisa buat hemat juga. Apalagi kalau jadwal dianteuran (dalam bahasa sunda) masih lama. Tetapi, qadarullah kami baik-baik saja.

Hal yang terkadang saya pikirkan tidak masuk akal, setiap menjelang subuh tidak sedikit anak santri yang sudah antri untuk Buang Air Besar sementara saat itu hanya ada dua wc yang tersedia. Bahkan sesekali yang satu sering mengeluh mangpet sehingga tersisa satu, tapi qadarullah berapa banyak pun antriannya, tidak pernah ada santri yang telat ngaji subuh karena belum kebagian antrian. Seakan-akan Tuhan selalu mencukupkan waktunya dan menyembuhkan sakitnya. Sekarang ini keadaannya sangat jauh berbeda, semua fasilitas sudah dilengkapi, santri hanya tinggal mengaji dengan sungguh-sungguh tanpa kekurangan apapun.

Saya menyadari bahwa hafalan santri lebih banyak dari tugas sekolah. Selalu saja ada perharinya yang harus dihafalkan bahkan bisa lebih dari satu hafalan. Tapi saat jadi santri, rasanya itu tidak terlalu sulit. Kami mendadak suka menghafal dan diberi kemudahan dalam menghafalnya. Ketika ada teman kami yang hafalannya sudah jauh, kami akan merasa termotivasi untuk lebih meningkatkan hafalan kami.

Dokpri
Dokpri

Di pondok itu, kami benar-benar sudah seperti keluarga. Ketika ada salah satu orang yang sakit kami rawat,. Pernah pada masanya, entah sedang musim apa, tetapi saya mengalami ketika teman-teman saya banyak yang sakitnya berbarengan bahkan sampai lebih dari sepuluh, saya yang kebetulan saat itu menjadi salah satu pengurus bersama pengurus yang lain merawatnya kemudian tak lama kami pun jadi ikut-ikutan sakit. Namun ketika pengurus pesantren belum mengatakan kami harus pulang, maka kami tidak akan pulang.

Ada momen dimana ketika salah satu santri ada yang baru dapat makanan dari orang tuanya (dianteuran) atau dijenguk orang tua, maka satu hampir satu pondok ikut makan. Masyaallah ....

Waktu kamu selama di pondok insyaallah tidak akan terbuang percuma. Kita akan selalu difokuskan dengan kegiatan-kegiatan yang positif. Pikiran bahwa kamu akan stres dengan berbagai tugas sekolah dan ngaji, itu hanya MITOS. Setelah berjalannya waktu, kamu akan mulai terbiasa bahkan merasa kesepian saat tidak punya hafalan apapun.

Saat waktunya libur dan kamu kembali ke rumah, rasanya kamu ingin cepat-cepat kembali ke pondok lagi bertemu teman-teman santri yang lain. Apalagi kalau doi kamu juga ada di pondok.

Ketika kamu punya doi di pesantren bukan berarti kamu bisa pacaran seperti yang orang-orang pikirkan.
Tidak! Kamu hanya dapat berkirim surat lewat teman, itupun jangan sampai ketauan pengurus pesantren wkwkwk. Selain dapet malu, bisa-bisa kamu juga dapat teguran. Kamu hanya dapat melihatnya saat mengaji jika ada kelas bersama atau mendengar suaranya saja jika do'i-mu itu pandai shalawatan atau mengumandangkan azan di masjid.

Gimana? Seru, kan jadi santri?

Buat kamu yang lagi mondok, tetap semangat, ya. Jangan lupa bagikan juga keseruan kalian selama di pondok seperti apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun