Mohon tunggu...
Naraya Syifah
Naraya Syifah Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Penggembala Sajak

Tidak ada yang istimewa dari Naraya Syifah, ia hanya seorang gadis kampung yang sederhana, putri sulung dari keluarga sederhana yang disimpan banyak harapan di pundaknnya. Ia memiliki kepribadian mengumpulkan sajak di pelataran rumahnya. Pernah tergabung dalam beberapa komunitas literasi dan alhamdullilah saat ini sebagai penggerak literasi di kabupaten Subang. Ia menjalankan komunitas Pena Cita bersama teman-teman sehobinya. Kecintaannya pada literasi menghantarkannya sampai di sini. Semoga awal yang baru ini dapat lebih mengembangkan tulisannya dan merubah hidupnya. Selain menulis ia juga tergila-gila dengan K-drama yang dapat menginspirasi nya dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Duka Anak Jalanan

1 Juli 2022   17:23 Diperbarui: 1 Juli 2022   17:25 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bocah-bocah kota menari dengan bajunya yang compang-camping
Ditandangnya senyum mewah yang dijualnya di jalan-jalan
Di pasar-pasar
Ditukar dengan cercaan

Bocah-bocah kota bernyanyi di berisiknya mulut-mulut cibiran
Pada telinga yang tuli
Pada nurani yang mati
Meninggalkan nisan tak bernama
Tak berbapak

Bagaskara menyulutkan lidah api
Mereka bermandikan keringat daki
Diusap sapu tangan kumal yang terbuat dari dedaunan senja
Lalu gemuruh langit meninabobokan heningnya
Dirayakan derai hujan yang menawarkan kehangatan

Bocah-bocah kota berlarian
Bernyanyi-nyanyi lagu paling syahdu
Jemarinya menjelma payung
Yang menghangatkan tubuh kota
Mulutnya menengadah
Menjilati hujan dengan bibirnya

Makan tiada ... Huma tiada ...
Tetapi seakan dunia adalah miliknya
Di manapun ia rebah raga
Bertelanjang pun tak apa
Tak apa ia dikatai gila

Siapa yang lebih gila?
Mereka, atau mereka-kah yang hanya melihat yang gila
Bertelanjang jaga
Di usus kota

Subang, 17 Juni 22

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun