Perkerasan jalan aspal adalah perkerasan jalan yang permukaan bagian atasnya menggunakan bahan campuran agregat dan aspal. Struktur pada perkerasan jalan aspal memiliki sifat relatif lentur karna aspal dapat melunak bila suhu meningkat atau dibebani secara terus menerus. Oleh karna itu perkerasan jalan aspal dapat juga disebut sebagai perkerasan lentur.
Pekerasan lentur (flexible pavement) umumnya terdiri dari tiga lapisan  utama, yaitu lapis permukaan (surface course) yang merupakan bagian perkerasan yang paling atas, lapis pondasi (base course) yaitu bagian dari perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dengan lapis pondasi bawah, dan lapis pondasi bawah (subbase course) adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar.Â
Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalulintas dan menyebarkan ke lapis di bawahnya supaya struktur jalan tidak mudah rusak.
Gambar 1.1 Â Struktur Lapis Perkerasan Lentur
Â
Secara garis besar kerusakan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu kerusakan struktural, mencakup kegagalan perkerasan atau kerusakan dari satu atau lebih komponen perkerasan yang mengakibatkan perkerasan tidak dapat lagi menanggung beban lalu lintas; dan kerusakan fungsional yang mengakibatkan keamanan dan kenyamanan pengguna jalan menjadi terganggu sehingga biaya operasi kendaraan semakin meningkat. (Sulaksono, 2001).
Menurut manual pemeliharaan jalan No : 03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, kerusakana jalan dapat dibedakan atas:
a.) Retak (tracking)
1. Retak halus (hair cracking)
lebar celah lebih kecil atau sama dengan 3 mm, penyebab adalah bahan perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil. Retak halus ini dapat meresapkan air kedalam lapis permukaan. Untuk pemeliharaan dapat dipergunakan lapis latasir atau buras.
2. Retak kulit buaya (alligator crack)
lebar celah lebih besar atau sama dengan 3 mm. Saling merangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya. Retak ini disebabkan oleh bahan perkerasan yang kurang baik, pelapukan permukaan, tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil, atau bahan lapis pondasi dalam keadaan jenuh air (air tanah naik). Sebaiknya bagian perkerasan yang telah mengalami retak kulit buaya diperbaiki dengan cara dibongkar dan membuang bagian-bagian yang basah, kemudian dilapis kembali dengan bahan yang sesuai.