Pemikiran Syekh Nawawi al Bantani dalam Studi Hadis
Dengan Penyebaran karyanya ke sejumlah pesantren yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara ini dapat memperkokoh pengaruh ajaran Syekh Nawawi al Bantani. Kemudian ciri geneologi pesantren yang satu sama lain terkait juga turut mempercepat penyebaran karya-karya Syekh Nawawi al Bantani, sehingga banyak dijadikan sebgaai referensi utama. Bahkan kitab tafsirnya telah dijadikan mata pelajaran tingkat kedua di dunia pesantren setelah tafsir jalalain.
Dalam Disiplin Ilmu Hadis Syekh Nawawi al Bantani memiliki dua teknik interpretasi dalam mensyarah hadis-hadis, yaitu pertama, dengan interpretasi secara tekstual dan kedua, dengan intertekstual. Yang dimaksud dengan teknik interpretasi hadis Nabi secara tekstual adalah pemahaman terhadap matan atau isi hadis berdasarkan teksnya semata, baik diriwayatkan secara lafal ataupun secara makna. Teknik seperti ini terkadang dapat menghilangkan atau mengabaikan pertimbangan latar belakang peristiwa (wurud) hadis dan dalil-dalil lainnya.
Salah satu argumen Nawawi al Bantani menggunakan metode ini kemungkinan didasarkan pada keyakinan bahwa segala ucapan dan perilaku Nabi Muhammad saw tidak terlepas dari konteks kewahyuan, bahwa segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah saw merupakan wahyu. Kedua, teknik interpretasi intertekstual yang merupakan pemahaman terhadap matan hadis dengan memperhatikan hadis lain (tanawwu'), atau ayat-ayat Al-Qur'an yang terkait.
Kemudian ada tiga corak pendekatan yang digunakan Syekh Nawawi al Bantani terhadap hadis-hadis yang dibahas. Yaitu dengan pendekatan theologis, pendekatan linguistik, dan pendekatan antropologis.
Pendekatan Theologis
Secara harfiyah dapat diartikan sebagai upaya memehami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari satu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya. Dalam arti ajaran-ajaran yang sudah tertanam dalam hati, ketika seseorang yang ingin memahami seluk beluk agamanya, maka perlu baginya mempelajari theologi yang terdapat dalam agama yang diyakininya. Penggunaan pendekatan seperti ini dipakai oleh Syekh Nawawi al Bantani, agar seorang akan memiliki sikap mencintai dalam beragama yakni berpegang teguh kepada agama yang diyakininya sebagai yang benar.
Pendekatan Linguistik
Pendekatan ini menjadi warna pensyarahan kitabnya, pendekatan ini beliau pakai guna mensyarah hadis dengan kaedah-kaedah bahasa. Hal ini perlu dilakukan karena hadis diucapkan dengan bahasa Arab sehingga perlu dijelaskan secara etimologi. Pendekatan ini digunakan Nawawi al Bantani dalam mengkaji hadis-hadis dalam kitab Tanqih al Qaul al Hadis fi Syarh Lubab al Hadis, yaitu dengan menguraikan beberapa kosakata yang perlu dijelaskan sehingga diketahui posisi dan makna daripada kosakata tersebut secara tepat.
Pendekatan Antropologis
Pendekatan antropologis dalam mensyarah hadis yaitu dengan mempertimbangkan perilaku dan tatanan nilai masyarakat. Kontribusi pendekatan ini yaitu membuat uraian apa yang sesungguhnya yang terjadi dengan manusia dalam berbagai situasi kaitannya dengan ruang dan waktu.pentingnya pendekatan ini, agar dapat menempatkan hadis pada masyarakat tertentu yang memilki budaya atau perilaku dan tatanan nilai berbeda masyrakat Arab sebagai situasi sosial muncul hadis. Dengan itu dalam pensyarahan hadis sangat diperlukan pemahaman akan budaya bagsa Arab.