Mohon tunggu...
terasbudaya.id
terasbudaya.id Mohon Tunggu... Guru - Lanesra

terasbudaya.id hadir sebagai media edukasi kepada khalayak ramai

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hadis dari Masa Nabi Saw, Sahabat, dan Tabi'in

19 Agustus 2023   09:00 Diperbarui: 20 Agustus 2023   19:33 3561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hadis adalah sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah Saw baik itu dari perkataan, perbuatan, dan taqrir (ketetapan) nya. Hadis merupakan sumber rujukan hukum kedua dalam Islam setelah Al-Qur’an. Hadis berfungsi sebagai dalil naqli dalam penetapan sebuah hukum. Hadis bersifat Zanni (belum pasti) sedangkan Al-Qur’an bersifat Qat’i (sudah pasti), maka dari itu ulama membagikan hadis dalam empat status.

Pertama, Hadis Shahih. Yaitu hadis yang telah memenuhi lima syarat, (sanad-nya bersambung, perawinya adil, kuat hafalannya baik dari ingatan maupun tulisan, tidak bertentangan dengan yang lebih tsiqah, dan tidak cacat penulisannya). Kedua, hadis hasan adalah hadis yang sanad-nya bersambung, perawinya adil, namun lemah hafalannya baik dari ingatan maupun tulisan, tidak bertentangan dengan yang lebih tsiqah, dan tidak cacat penulisannya.

Ketiga hadis dha’if adalah hadis yang tidak memenuhi syarat hadis shahih, dan juga tidak menghimpun sifat-sifat hadis hasan. Kriteria hadits dhaif yaitu hadits yang kehilangan salah satu syaratnya pertama, karena terputusnya sanad (al-mardûd bi sabab saqtun fi al-isnad) dan kedua, karena cacatnya rawi (al-mardûd bi sabab ṭaʽn fi ar-rawi). Keempat hadis mardud, yaitu hadis yang tidak memenuhi kriteria hadis maqbul yaitu hadis shahih dan hasan atau dianggap sebagai hadis palsu.

Dalam pengamalannya, hadis shahih bisa dijadikan sebagai hujjah atau sebagai dalil hukum. Hadis hasan juga bisa dijadikan sebagai landasan hukum dengan syarat apabilah hadis hasan tersebut tidak bertentangan dengan hadis shahih. Kemudian, hadis dha’if tidak bisa dijadikan sebagai landasan hukum, namun ia bis dijadikan sebagai fadha’il amal (perbuatan kebaikan). Sedangkan hadis mardud tidak bisa diambil sebagai landasan hukum Islam.

Tulisan kali ini tidak befokus pada status hadis. Penulis ingin membahas bagaimana sejarah pertumbuhan hadis, perkembangan hadis, penyebaran hadis, hingga kondifikasi hadis itu sendiri.

Sejarah perkembangan dan pertumbuhan hadis Nabi saw melewati tujuh fase. Fase pertama, hadis sudah ada sejak Rasulullah Saw masih hidup. Fase kedua dilanjutkan oleh para sahabat besar Nabi (al khulafa al rasyidun) yang dikenal dengan fase pembatasan dan perketatan periwayatan. Fase ketiga, dilanjut oleh para tabi’in yang dikenal dengan fase menyebarnya periwayatan hadis. Fase keempat, adalah masa kondifikasi hadis, yaitu masa teks-teks hadis dibukukan dalam kitab-kitab hadis.

Kemudian fase kelima, adalah masa seleksi yang terjadi pada awal sampai akhir abad 3 H yang disebut dengan masa penerimaan, mentashihan, dan penyempurnaan. Keenam, dilanjutkan dengan masa pemeliharaan, penertiban, penambahan, dan penghimpunan yang terjadi pada abad ke 4 sampai pertengahan abad ke 7 H. Dan ketujuh, adalah fase yang terjadi pada abad ke 7 hingga sekarang yang dikenal dengan masa pensyarahan, penghimpunan, dan pembahasan.

Hadis Pada Masa Rasulullah Saw | Fase Pertama

Pada masa ini dikenal dengan ‘asr al wahy wa al-takwin (masa wahyu dan pembentukan). Karena pada masa ini wahyu Al-Qur’an masih turun dan masih banyak hadis-hadis nabi yang datang darinya. Al-Qur’an dan hadis menjadi pedoman dan rujukan para sahabat yang tidak pernah mereka temukan pada masa jahilyah. Para sahabat sangat mencintai Rasulullah Saw, cinta terhadap Rasulullah melebih cinta mereka kepada keluarga bahkan diri mereka sendiri. Para sahabat terus berusaha menghafal ayat-ayat Al-Qur’an, ajaran Islam. Para sahabat selalu merindukan bertemu dengan Rasulullah Saw untuk mendapatkan ajaran-ajaran agama Islam, termasuk hadis-hadisnya.

Para sahabat sangat menyadari kedudukan hadis sangat penting sebagai rujukan dalam ajaran Islam. Bahwa sunnah Nabi merupakan pilar kedua setelah Al-Qur’an. Kesadaran dan keyakinan ini terus tertanam dalam jiwa para sahabat. Sehingga mereka berusaha memelihara dan menjaga keberadaan hadis dan sunnah Rasulullah Saw. Jika terjadi permasalahan terkait persoalan kebenaran hadis, para sahabat langsung mengecek kebenarannya kepada Nabi, karena beliau berada bersama, bergaul, dan bermuamalah dengan mereka.

Sehingga ketika terjadi kekeliruan pengucapan, kesalahan penukilan, atau kurang paham apa ynang diperoleh, maka dengan mudah dapat langsung merujuk kepada Nabi Muhammad Saw. Maka dari itu, sangat jarang ditemukan kekeliruan yang menonjol dalam periwayatan hadis pada fase Rasulullah Saw.

Rasulullah Saw meyampaikan hadis-hadisnya dengan berbagai macam metode. Cara-cara ini ditempuhnya sesuai dengan keadaan dimana beliau berada. Kadang didepan orang banyak, kadang perorangan. Ada yang didahului melalui pertanyaan dan ada pula yang didahului tanpa pertanyaan dari sahabat. Berikut beberapa metode Nabi menyampaikan sabdanya.

Pertama, Nabi menyampaikan sabdanya melalui majelis ilmu, yaitu pusat dimana Nabi mengadakan pengajian untuk membina para jama’ah. Melalui majelis ini para sahabat berkesempatan untuk memperoleh banyak peulang untuk menerima hadis dari Rasulullah Saw. Kedua, Nabi menyampaikan sabdanya melalui sahabat-sahabat tertentu, yang kemudian sabda yang diperoleh oleh sahabat disampaikan kepada sahabat yang lainnya. Hal ini terjadi karena ketika Nabi menyampaikan suatu hadis, hanya beberapa sahabat saja yang hadir.

Ketiga, Nabi menyampaikan hadisnya melalui istri-istri-nya, terutama yang berkaitan dengan rumah tangga, seperti yang berkaitan dengan kebutuhan biologis, menyangkut persoalan hubungan suami istri. Keempat, melalui ceramah atau pidato ditempat terbuka seperti saat futuh makkah dan haji wada’. Kelima, Nabi menyampaikan hadis melalui perbuatan yang disaksikan oleh para sahabat secara langsung. Seperti yang berkaitan dengan praktik ibadah dan muamalah.

Pada fase pertama ini, Rasulullah Saw melarang para sahabat untuk menulis sabdanya, karena dikhawatirkan akan tercampur dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang saat itu masih dalam proses penurunan (al tanzil). Sebagaimana sabda Rasulullah Saw

“Janganlah kalian tulis dariku (selain Al-Qur’an) dan barang siapa yang menulis dariku selain Al-Qur’an, maka hapuslah. Riwayatkan hadis dariku tidak apa-apa. Barangsiapa berdusta atas namaku maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka.”

Hadis Pada Masa Sahabat | Fase Kedua

Pada fase ini para sahabat tidak bisa mendengar, melihat perbuatan-perbuatan yang dilakukan Nabi dan Ihwal-ihwal Nabi Saw secara langsung. Tindak tanduk Nabi, yang pada dasarnya bermuatan ajaran ilahi, hanya dapat diketahui melalui sahabat Nabi sebagai periwayat pertama yang menyampaikan sabda Nabi kepada kaum muslim. Para sahabat terus menjaga sabda Nabi, menegakkan ajaran Islam dan membantu dakwah Islam ke seluruh wilayah.

Masa ini dikenal dengan al tatsabut wa al iqlal min al riwayah yaitu masa pembatasan dan memperketat periwayatan. Karena pada saat itu fokus sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan penyebaran Al-Qur’an dan mereka berusaha membatasi periwayatan hadis. Namun bukan berarti para sahabat tidak memegang hadis sebagai rujukan.

Mereka sangat berhati-hati dan membatasi diri dalam meriwayatkan hadis. Hal ini disebabkan karena para sahabat khawatir akan terjadinya kekeliruan baik ketika menerima, menyampaikannya kepada sahabat lain ataupun kepada generasi berikutnya (tabi’in). Oleh karena itu para sahabat berusaha untuk memperketat periwayatannya dan penerimaan hadis Rasulullah Saw.

Sikap kehati-hatian sahabat terjadi ketika perpecahan umat Islam masa Ali bin Abi Thalib. Pada saat itu terjadi pemalsuan hadis yang dilatarbelakangi oleh faktor politik. Dengan demikian, para sahabat menahan diri dari periwayatan hadis karena takut terjadi kesalahan dan dan dipakai untuk kepentingan pihak-pihak tertentu.

Hadis Pada Masa Tabi’in | Fase Ketiga

Generasi tabi’in juga sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadis. Namun tidak seberat apa yang dirasakan oleh para sahabat. Karena pada mas ini Al-Qur’an sudah dikumpulkan dalam satu mushaf, sehingga tidak lagi menghkawatirkan. Kemudian, para sahabat yang ahli dalam ilmu hadis juga telah tersebar ke penjuru wilayah Islam, sehingga memudahkan tabi’in untuk mempelajari hadis-hadis dari mereka.

Oleh sebab itu, masa ketiga ini dikenal dengan masa menyebarnya periwayatan hadis (asr intisar al riwayah). Yaitu masa dimana hadis tidak lagi berpusat di Madinah, akan tetapi telah tersebar di wilayah kekuasaan Islam, yang mana sahabat menjadi tokoh utamanya.

Tidak hanya pada masa Ali bin Abi Thalib terjadinya pemalsuan hadis, pada generasi tabi’in pemalsuan hadis terus berlanjut, tidak hanya sebagai kepentingan politik tetapi menyangkut dengan permasalahan yang ada. Mengahadapi terjadinya kekeliruan dan pemalsuan hadis para ulama mengambil tindakan dengan melakukan beberapa tindakan.

Pertama melakukan seleksi dan koreksi terhadap hadis dari para periwayatnya. Kedua hanya menerima hadis dari periwayat yang terpecaya atau tsiqah saja. Ketiga, menyeleksi atau melalukan penyaringan terhadap hadis-hadis yang diriwayatkan oleh periwayat yang tsiqah. Keempat, menyaratkan tidak adanya syadz atau tidak bertentangan dengan yang lebih tsiqah. Kelima, untuk mengindentifikasi hadis palsu, para ulama meneliti sanad dan rijal al hadits dan bertanya langsung kepada sahabat yang saat itu masih hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun