Mohon tunggu...
terasbudaya.id
terasbudaya.id Mohon Tunggu... Guru - Lanesra

terasbudaya.id hadir sebagai media edukasi kepada khalayak ramai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hikayat Prang Sabi, Manuskrip yang Mengobarkan Semangat Masyarakat Aceh Melawan Belanda

9 Agustus 2023   10:38 Diperbarui: 9 Agustus 2023   11:04 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Manuskrip Hikayat Prang Sabi

Ulon Pujoe po sidroe po

Syukor keu Rabbi Ya `aini

Keu kamoe neubri beu suci Aceh mulia

Tajak prang musoh beuruntoh dum sitre Nabi

Nyang meu ungki keu Rabbi keu po nyang Esa

Meusoe hantem prang cit malang ceulaka tuboh rugoe roh

Syuruga tan roh rugoe roh balah nuraka.

Jika mencermati kembali isi kandungan yang terdapat dalam Hikayat Prang Sabi, cuplikan bait-bait syair seperti di atas yang sering dilantunkan dengan nada dan irama yang syahdu bukanlah bagian dari Hikayat Prang Sabi seperti stigma dan persepsi publik tentang Hikayat Prang Sabi. Bait-bait syair itu merupakan ringkasan dari Hikayat Prang Sabi, bukan Hikayat Prang Sabi itu sendiri. Intisari dari Hikayat Prang Sabi diperas sedemikian rupa oleh seniman-seniman di Aceh dalam bentuk sesederhana mungkin. Sampai pada akhirnya ia dijadikan lagu untuk membangkitkan semangat perjuangan. Maka dari itu, bait-bait syair di atas lebih tepat dikatakan sebagai Lagu Prang Sabi, bukan Hikayat Prang Sabi. Karena pada hakikatnya Hikayat Prang Sabi yang ditulis oleh Tengku Chiek Pante Kulu memiliki karakteristik dan suistematika penulisan yang berbeda dengan lagu di atas.

Tengku Chiek Pante Kulu telah mengarang hikayat tersebut dengan sangat bagus dan sistematis. Jika dulu Tengku Chiek Pante Kulu menyumbang sebuah hikayat untuk membangkitkan semangat perang, kini saatnya kita membangkitkan masyarakat Aceh untuk mengenang karya sastra legendaris yang satu ini. Penulis berharap pelajaran bahasa Aceh beserta ejaannya bagi para siswa di setiap madrasah dijadikan sebagai pendidikan modern yang nantinya akan melahirkan kembali generasi pujangga-pujangga penulisan hikayat seperti Tengku Chiek Pante Kulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun