Mohon tunggu...
Octaviany Handayani
Octaviany Handayani Mohon Tunggu... Guru - Penyuka skandal yang riang gembira

There is only one happiness in this life, to love and be loved....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Meneropong Kebangkitan Partai Demokrat

21 Februari 2020   12:26 Diperbarui: 21 Februari 2020   12:26 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: demokrasi.co.id

Apa yang terlintas di benak kalian saat mendengar Partai Demokrat? nama SBY tentu tidak terlepas di dalamnya. SBY yang belakangan dinobatkan sebagai Jenderal Straregi, memiliki kontribusi besar dalam kemajuan partai yang lahir di era reformasi tersebut.  

Pemahaman SBY tentang peta suara pemilih Indonesia dalam pemilu dan harapan untuk tidak membenturkan nilai-nilai Pancasila dengan nilai keagamaan, diringkas secara sederhana melalui ideologi Partai Demokrat, nasionalis-religius.

Misi SBY untuk mendirikan partai penyeimbang sebagai antitesa dari parpol lainnya, tercapai dengan masuknya Demokrat sebagai lima partai terbesar sejak pemilu 2004. Demokrat menjadi kekuatan partai yang diperhitungkan. Dalam pemerintahan, SBY berhasil menciptakan pemerintahan yang meritokratis untuk mendukung kinerjanya sebagai Presiden.

Mari elka pangestu menjadi salah satu contohnya. Perempuan beretnis tionghoa yang memiliki pemahaman tentang ekonomi dan perdagangan. Kapabilitasnya kini semakin terbukti dengan penunjukan dirinya sebagai Direktur Pelaksana, Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan untuk Bank Dunia.

Tanpa mengungkit usia partai yang masih belia, masyarakat mampu menerima kader-kader yang diajukan Demokrat. Gubernur Papua, Lukas Enembe dan Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, menjadi bukti nyata bahwa nasionalis-religius memiliki penerimaan yang luar biasa dari masyarakat.

Demokrat dengan tokoh sentral SBY, telah berhasil menjawab tantangan di era awal reformasi, namun, apakah ideologi nasionalis-religius yang menjadi senjata Demokrat, dapat kembali digunakan untuk menyasar karakteristik pemilih saat ini? Sementara dengan kapabilitas SBY yang telah melampaui koridor day to day politics, Demokrat membutuhkan figur baru yang dapat diterima oleh seluruh pihak, baik kader maupun masyarakat.

Regenerasi kemudian menjadi kunci sukses untuk menghindarkan Demokrat menjadi partai gurem dalam konteks perpolitikan nasional. Karakter Demokrat yang lekat dengan partai tokoh, menjadi tantangan tersendiri untuk melakukan regenerasi. Namun, ini lah realita yang harus dihadapi.

Pada pemilu 2019 lalu, 50% perolehan suara nasional PD berasal dari pemilih baru, hal ini menyiratkan bahwa Demokrat kompatibel dengan aspirasi anak muda. Maka dari itu, penting bagi PD untuk memerbanyak pemimpin muda di jajaran pusat maupun daerah.

Sebagai partai yang memiliki pengalaman cukup Panjang, Demokrat tentu memiliki standar tersendiri untuk tetap menjadi partai yang diperhitungkan. Wajah baru yang menjadi angin segar untuk Demokrat, tidak dapat mengandalkan usia dan kekuatan persona.

Pemimpin Demokrat haruslah mampu mengembangkan kekuatan politik yang telah diwariskan oleh SBY. Sosok penerus SBY ini, patut memiliki kapasitas dan kapabilitas yang menyesuaikan dengan kebutuhan zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun