Mohon tunggu...
Nararya
Nararya Mohon Tunggu... profesional -

Blog pribadi: nararya1979.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

John F. Kennedy dan Etika Pengorbanan - Sebuah Eksposisi Etis-Ringkas

5 Februari 2014   07:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:09 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ask not what your country can do for you; ask what you can do for your country" ["Jangan bertanya apa yang dapat negara berikan pada Anda; Bertanyalah apa yang dapat Anda berikan pada negara Anda"].

Kalimat terkenal di atas berasal dari mendiang presiden John F. Kennedy, presiden ke-35 Amerika, yang dilontarkannya pada tahun 1960an. Dalam konteks Amerika pada tahun 1960an, seruan Kennedy di atas dimaksudkan untuk menggerakkan rakyat Amerika ikut terlibat aktif secara bersama-sama memerangi: tirani, penyakit, kemiskinan, bahkan perang itu sendiri yang ia anggap sebagai "the common enemies of man". Kennedy menyatakan, "Semua ini tidak akan tuntas dalam seratus hari pertama. Juga tidak akan tuntas seribu hari pertama, juga tidak dalam masa pemerintahan ini, bahkan mungkin tidak juga tuntas pada masa hidup kita di planet ini. Tetapi mari kita memulainya." Kennedy menutupnya dengan sebuah tantangan: "Akhirnya, apakah Anda adalah penduduk Amerika atau penduduk dunia, mintailah kami standar yang tinggi bagi kekuatan dan pengorbanan sebagaimana yang kami mintai dari Anda."

Saya yakin cukup banyak di antara kita yang familiar dengan kalimat di atas. Tetapi saya tidak cukup yakin cukup banyak di antara kita yang tahu konsep etis apa yang ada di belakang kalimat itu. Itulah sebabnya, melalui tulisan singkat ini saya ingin memberikan semacam eksposisi ringkas mengenai konsep etis apakah yang melatarbelakangi seruan heroik dari Kennedy di atas.

Seruan Kennedy sebenarnya mengasumsikan konsep etis yang disebut dengan sacrifice ethics (etika pengorbanan). Konsep etis ini merupakan bagian dari etika utilitarinisme yang slogannya adalah: The greatest good for the greatest number of people ["Kebaikan tertinggi bagi sebanyak mungkin orang"]. Artinya suatu tindakan itu dianggap bermoral bila mendatangkan kebaikan bagi sebanyak mungkin orang. Dalam konteks ini, hak-hak individu "dikorbankan" demi suatu cakupan kebaikan bagi jumlah orang yang lebih banyak. Hak-hak individu bukannya disangkali atau diabaikan. Hak-hak itu disarankan untuk secara sukarela "dikorbankan" demi kebaikan lebih banyak orang.

Konsep etis unitiltarian di atas jugalah yang melatarbelakangi filsafat militer dalam setiap negara. Para anggota militer didoktrinasi untuk mengesampingkan hak hidup pribadi mereka dan menaruhnya di atas tunggul pengorbanan, bila keamanan dan keselamatan negara menjadi taruhannya.

Kalimat di atas juga sebenarnya mengasumsikan konsep etis yang bersifat teleologis. Konsep etis ini menilai bermoral atau tidaknya sebuah tindakan berdasarkan tujuannya. Slogannya adalah: The ends justifies the means ["Tujuan membenarkan cara"].

Setelah meletakkan kalimat Kennedy di atas dalam konteks asumsi etisnya, kita bisa memahami mengapa bagi sebagian orang yang menganut konsep etis yang berbeda mengkritik kalimat heroik tersebut.

Sebut saja mereka yang menganut etika deontologisme, mengkritik Kennedy karena menyamakan antara nilai kebaikan dengan pemeliharaan terhadap bangsa. Hak individu-individu untuk memutuskan apa yang baik bagi diri mereka sendiri menjadi terbelenggu atas nama kebaikan bersama. Dalam kategori ini, individu-individu dihimbau untuk memerangi "musuh bersama" dan pada saat yang sama kebersamaan itu sendiri "menjajah" keindividuan dari para individu tersebut.

Jadi, seperti yang saya kemukakan dalam tulisan saya tadi malam, tidak mudah untuk membuat sebuah penilaian etis. Bahkan untuk kalimat-kalimat yang heroik dan enak didengar sekalipun, bila Anda teliti dan cermati baik-baik, Anda akan segera menemukan konsep etis apakah yang diasumsikan di baliknya. Dan segera sesudah itu, Anda mulai menyadari bahwa keindahan komposisi kalimat serta spririt heroiknya tidak lagi cukup menarik untuk menggiring Anda memenuhi maksudnya.

Selamat pagi; Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun