Mohon tunggu...
Nararya
Nararya Mohon Tunggu... profesional -

Blog pribadi: nararya1979.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Belajar Logic Langsung dari Aristoteles, Mau?

12 Mei 2014   20:19 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:35 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teman-teman, beberapa waktu terakhir ini saya banyak berefleksi tentang kiprah saya di Kompasiana. Di satu sisi, ada teman-teman yang setia membaca postingan-postingan saya mengenai logic dan memberikan testimoni bahwa teman-teman mendapatkan manfaat baik darinya. Saya hargai itu dan sangat gembira, terlepas dari soal jumlahnya. Itu tidak masalah bagi saya.

Saya juga gembira membaca postingan Admins mengenai pro dan kontra soal presidential treshold. Saya gembira karena di sana, Admins meminta para partisipan untuk memberikan argumentasi. Wah, ini secara implisit mengasumsikan betapa pentingnya logic. Anda tidak dapat memberikan argumentasi yang baik tanpa logic. Salut buat Admins yang mulai menekankan sisi baik dan penting ini.

Di sisi lain, ada pula yang mencak-mencak dan menganggap saya tukang jagal, pemberi vonis sesat pikir. Saya juga hargai itu. Walau sejujurnya, I don't care sama sekali tentang label yang tidak berdasar itu. Bukan saya yang menciptakan berbagai sesat pikir itu demi kepentingan saya sendiri. Itu adalah sesuatu yang secara universal diakui objektivitasnya. Jadi, tidak penting apa kata mereka yang mencak-mencak.

Meski demikian, untuk hal yang terakhir di atas, saya terstimulasi untuk memikirkan mengapa orang menerima dengan tingkat keyakinan yang mencengangkan akan sebuah gagasan yang sudah diperlihatkan sebagai sesat pikir? Mengapa sebuah sesat pikir dianggap benar dan mendapatkan penerimaan secara sukarela?

Sementara saya memikirkan pertanyaan-pertanyaan di atas, saya membuka lagi sebuah buku lama yang pernah ditulis oleh Aristoteles. Buku yang saya maksudkan itu berjudul: Sophistical Refutations. Sayamendapati hal-hal menarik mengenai logic dalam tulisan itu.

Sedikit gambaran. Buku itu berisi ulasan mengenai dua belas sesat pikir (informasi dalam Wikipedia bahwa buku ini membahas 13 sesat pikir, itu tidak tepat!) yang terdapat dalam dua klasifikasi besar, yaitu sesat pikir yang terdapat dalam hubungan dengan linguistik maupun yang non linguistik (ekstra linguistik).

Walau itu menarik dan perlu serta harus diketahui, namun yang lebih menarik lagi, Sophistical Refutations sebenarnya tidak dimaksudkan untuk semata-mata membahas tentang berbagai sesat pikir tersebut. Objectives (tujuan) Aristoteles, selain membahas berbagai sesat pikir itu, adalah untuk memperlihatkan dua hal penting: pertama, mengapa sesat pikir itu salah; dan kedua, mengapa sesat pikir itu tampaknya benar. Singkatnya, melalui buku ini, Aristoteles ingin memberikan resolusi mengenai sesat pikir.

Untuk yang pertama di atas, saya kira itu sudah tidak terlalu  perlu dipersoalkan. Tetapi hal yang kedua di atas akan sangat menarik untuk dipelajari. Karena dengan mempelajarinya, kita bukan hanya mengetahui mengapa sesat pikir itu salah, melainkan juga mengetahui mengapa sesat pikir itu tampaknya benar. Dan karena ia tampaknya benar, tidak heran orang bahkan sedemikian yakin bahwa itu benar-benar benar!

Nah, berkaitan dengan gambaran di atas, pada postingan-postingan berikutnya saya akan membahas isi Sophistical Refutations dalam sejumlah tulisan pendek berseri yang disertai ulasan popular serta contoh-contohnya.

Artinya melalui tulisan-tulisan pendek berseri itu, teman-teman akan langsung belajar dari tulisan Aristoteles tersebut yang akan saya kemas ulang dengan lebih popular.

Semoga tertarik, dan bermanfaat.

Selamat siang; Salam Kompasiana!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun