Mohon tunggu...
Nararya
Nararya Mohon Tunggu... profesional -

Blog pribadi: nararya1979.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Antiklimaks di Mata Najwa

2 Juni 2014   11:51 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:49 6896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menonton rekaman perdebatan diMata Najwa tanggal 28 Mei 2014, saya menilai pasangan debator pada sesi terakhir: Adian Napitupulu (kubu Jokowi) dan Ahmad Yani (kubu Prabowo) membawa acara yang sangat menarik itu menjadi sebuah antiklimaks!

Pertanyaan terakhir, sebuah pertanyaan silang, dari Najwa mengenai hal positif apakah yang dapat dikemukakan mengenai Jokowi-Prabowo membuat saya harus mengacungkan jempol kepada Najwa!

Sayangnya jempol itu harus saya turunkan kembali dalam keadaan terbalik karena baik Napitupulu maupun Yani menjawab pertanyaan itu denganappeal to ridicule.

Yani, menjawab pertanyaan itu denganstraw man. Ia menunjuk kepada PDIP yang mencapreskan Jokowi sebagai jawaban atas pertanyaan Najwa di atas.Straw man karena yang ditanyakan adalahhal positif apa yang ada pada diri Jokowi, bukanhal positif apa yang dilakukan PDIP.Meski begitu, setelah dikejar Najwa, Yani menyebutblusukan sebagai hal yang positif itu namun kemudian menyambungnya dengan komentar "olokan".

Napitupulu dua kali menjawab pertanyaan itu dan kedua jawabannya sama-samaappeal to ridicule.Jawabanpertama, "Prabowo perawat kuda yang baik"; dankedua, "Prabowo memberikan harapan kepada banyak perempuan karena dia membutuhkan ibu negara".

Kedua debator ini mungkin pulang dengan rasa puas karena mereka menghibur pemirsa dengan sesat pikir (appeal to ridicule). Dan memang, mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Para penonton di studio tertawa, termasuk saya pun tertawa!

Tetapi, bagi saya ini adalah sebuah antiklimaks. Publik mendapatkan gaya retorika dan penyajian data yang menarik dari Napitupulu maupun Yani (walau penilaian saya Yani lebih cenderung bermain kata ketimbang data). Namun, publik tidak mendapatkan edukasi positif bahwa tidak melulu lawan itu seluruhnya negatif.

Mungkin mereka perlu diingatkan bahwa memuji sisi unggul lawan, tidak membuat kita kehilangan apa pun. Sebaliknya, dengan melakukan itu, kita baru saja memperlihatkan satu lagi keunggulan lain dari diri kita sendiri!

Saya jadi tergelitik untuk bertanya, mungkinkah semua tendensi kampanye hitam yang kita temui sehari-hari ini merupakan buah dari sebuah benang kusut ketidakmampuan atau paling tidak keengganan untuk membuka mata untuk melihat serta memperlihatkan sisi positif dari mereka yang kita kategorikan sebagai "lawan"?

Entahlah. Yang jelas, kita tidak mendapatkan edukasi positif untuk tidak begitu dari Napitupulu dan Yani!

Akhirnya, Mata Najwa, saya mengangkat jempol sembari menitipkan tulisan ini untuk disampaikan kepada para debator yang terhormat itu!

Selamat pagi; Salam Kompasiana!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun