Tetapi, yang kelihatan tidak selalu sama dengan kenyataan. Dalam konteks isu ini, kita bisa melihat cerminan nyatanya di dalam pernyataan Hatta Rajasa di atas.
Di satu sisi, ia seakan membiuas kita dengan penegasan-penegasan yang menyenangkan mengenai pengakuannya akan pilar-pilar kebangsaan sebagai harga mati. Artinya, jika kita tidak jeli dan hanya terpesona dengan penggunaan jargon-jargon kebangsaan itu saja, maka secara permukaan kita tidak melihat ada bahaya besar di sana. Kita cenderung tergoda untuk langsung setuju dengan maksudnya.
Namun di sisi lain, penggunaan klausa tersebut di atas memperlihatkan bahwa pilar-pilar kebangsaan itu diberi muatan makna yang sama sekali tidak ada di dalam pilar-pilar kebangsaan tersebut!
Kita tidak dapat menganggap bahwa Hatta Rajasa keseleo mulutnya. Kita juga tidak dapat menganggap bahwa ia bermain-main dengan ucapan itu. Secara logis, kita hanya terarahkan kepada kesimpulan bahwa Ia memaksudkan penggunaan klausa itu secara serius. Dan ini terlihat dari penegasan ulang yang dilakukannya.
Dan jika ia memaksudkan penggunaan klausa bermuatan makna "asing" serta berbahaya itu secara serius, maka penegasannya mengenai pilar-pilar kebangsaan sebagai harga mati, mestinya dilihat sebagai sebuah tipu muslihat untuk mengecoh kemampuan kita mendeteksi maksudnya yang sebenarnya! Ia mengecoh kita dengan penggunaan istilah-istilah yang kita akui sepenuh hati, namun memberinya muatan makna yang baru yang destruktif terhadap kelangsungan NKRI.
Saya percaya, ada begitu banyak jiwa cinta akan NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika yang membahana di bumi Ibu Pertiwi ini untuk menolak setiap bentuk upaya tipu muslihat seperti ini. Anda boleh percaya atau tidak, tapi taruhan di dalam klausa destruktif di atas adalah eksistensi NKRI ini sendiri!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H