Satu lagi. Mari kita cermati argumen salah seorang gay di atas untuk membela tendensi seksualitasnya. Ia menyatakan, orangtuanya mendukungnya sebagai gay dan akan protes kepada Tuhan jika nanti ia dilemparkan ke neraka. Mereka memprotes Tuhan karena jika ia adalah "produk gagal", maka orangtuanya pun adalah produk gagal dan mereka memilih bersolidaritas bersama dengan putra mereka yang gay itu. Tampaknya argumen ini mengasumsikan bahwa homoseksualitas itu adalah masalah genetik (turunan). Padahal tidak. Homosseksualitas itu (saya sudah pernah menulis mengenai hal ini), lebih merupakan sebuah penyimpangan atau bahkan penyakit yang bisa "disembuhkan" ketimbang sebuah tendensi seksual yang ditemurunkan dari orangtua.
Jadi, di samping saya mengapresiasi nilai penting dari memberikan ruang untuk berpikir dan memutuskan bagi diri sendiri apa yang terbaik, namun membuang konsep moral yang absolut sama saja dengan membuang air bekas mandi bayi berikut bayinya sekaligus. Harga yang terlalu mahal untuk satu mangkuk relativisme dan subjektivisme moral, saya kira!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H