Mohon tunggu...
Nararya
Nararya Mohon Tunggu... profesional -

Blog pribadi: nararya1979.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menafsir Tipologi "Esensi bukan Sensasi!" [Kompasiana & Kompasiana TV]

31 Januari 2015   14:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:03 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Misalnya, saya tidak suka tulisan-tulisan yang tak jauh-jauh dari bagian selangkangan dan dada seakan-akan seks itu direndahkan nilainya (value) lalu dijadikan komoditas untuk menarik minat banyak pembaca; juga saya tak suka membaca tulisan-tulisan dengan kata-kata bersayap (bukan puisi karena saya suka puisi). Tetapi who cares dengan ketidaksukaan saya? Saya tak perlu nyinyir apalagi protes ke Admins. Sejauh itu dianggap Admins tidak melanggar ToC. Silakan saja!

Anda juga bisa menyatakan bahwa Anda tidak suka tulisan-tulisan Nararya yang mayoritas sulit dengan kandungan istilah-istilah teknis. Saya tidak memaksa Anda untuk menyukai tulisan-tulisan saya. Saya tidak pernah menyeret Anda untuk mampir di tulisan-tulisan saya. Dan saya juga tidak akan protes hanya karena Anda tidak menyukai tulisan-tulisan saya. Tetapi, saya pasti akan mendebat Anda jika Anda menjadikan selera Anda patokan agar saya menulis sesuai selera Anda.

Sederhananya begini. Kalau Anda tak suka atau tak berselera membaca tulisan-tulisan tipikal tertentu, abaikan saja. Kalau itu terasa mengganggu bagi Anda secara pribadi karena muncul melulu di dashboard, ya unfriend saja. Anda tidak perlu menciptakan rasa bersalah palsu jika itu mengganggu kenyamanan Anda bukan.  Hal inilah yang saya lakukan. Apakah ini tidak sejalan dengan sharing and conecting? Sederhana saja. Anda bukan kolektor pertemanan dan Anda juga tidak wajib sharing and conecting dengan tulisan-tulisan atau Kompasianers yang membuat Anda sengsara kan?! Kita tidak perlu berpura-pura saling menyukai. We are not going to married!

Saya kira salah kaprah di atas, harus dihentikan di Kompasiana. Soal selera, sekali lagi, tak ada perbantahan!

Tafsir diri

Kembali ke slogan di atas. Jika unsur esensi tak dapat dielakkan sama sekali, maka akan lebih representatif jika kita memahaminya dalam kategori bukan hanya - melainkan juga! Bukan hanya esensi, melainkan juga sensasi. Tanpa sensasi, mungkin akan kurang daya tarik dan cita rasanya. Tetapi tanpa esensi, kita hanya menikmati penyedapnya saja tanpa kandungan gizi yang sesungguhnya.

Saya menyebut ini sebuah tafsir diri. "Diri" yang saya maksudkan di sini adalah "Kompasiana" yang di dalamnya kita ada dengan sebutan sebagai "Kompasianer". Sebutan ini adalah sebuah identifikasi dan asosiasi. Kita diidentifikasi sebagai bagian integral dari Kompasiana. Dan sebagai bagian integral dari Kompasiana, kita terasosiasi dengannya. Maka berhati-hatilah menulis, karena sebagai Kompasianers, nama Kompasiana bisa terbawa-bawa jika ada ekses negatif di dalam tulisan-tulisan kita.

Saya percaya tafsir diri seperti ini penting. Penting karena ia merupakan bagian dari pengenalan akan diri, sebuah proses dan upaya yang sangat sulit sekaligus sangat signifikan dalam hidup ini di mana pun kita berada. Sebegitu pentingnya pengenalan akan diri, sehingga ribuan tahun yang lampau, Sokrates sudah berkeliling ke jalan-jalan kota di Yunani sambil meneriakkan: γνῶθι σεαυτόν (gnothi seauton; kenalilah dirimu sendiri). Padahal ia sudah mengetahui lontaran seorang filsuf Yunani sebelumnya bernama Thales: "Hal tersulit dalam hidup ini adalah mengenal diri sendiri".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun