Dengan proses komposting yang benar, patogen pada pampers dan pembalut akan mati melalui proses dekomposisi. Patogen akan lemah dan mati setelah melalui proses dekomposisi oleh mikroorganisme dekomposer. Dalam waktu tertentu (tergantung kuantitas pampers dan pembalut) patogen akan mati.
Jika patogen pada pampers dan pembalut sudah mati melalui proses komposting, maka bisa dipastikan aman untuk diolah. Namun, melalui proses komposting ini, sampah pampers dan pembalut tidak bisa lagi diolah menjadi paving blok, asbak, pot bunga, balok beton atau bola-bola beton lagi. Yang paling tepat adalah dikembalikan ke tanah.
Gel yang ada di dalam pampers dan pembalut wanita baru bisa aman dikeluarkan setelah proses komposting. Gel itu pasti sudah menghitam bersama matinya patogen yang bercampur di antara gel. Oleh karena itu, gel itu bagusnya dijadikan campuran media tanam.
Penelitian telah membuktikan bahwa gel pampers dan pembalut bisa menjadi penahan air jika dicampurkan sebagai media tanam. Tapi, sekali lagi gel pampers dan pembalut yang patogennya sudah mati. Karena jika patogennya belum mati, gel yang masih ada patogennya justru merusak tanaman jika dijadikan sebagai campuran media tanam.
Hal ini semoga menjadi perhatian para komunitas atau kelompok pengolah sampah pampers dan pembalut. Terutama produsen pampers dan pembalut supaya bisa melaksanakan tanggung jawabnya pada sisa produknya tersebut.
Kita harus mengakui bahwa pampers dan pembalut sangat bermanfaat bagi manusia. Sehingga, pemakaiannya bisa dipastikan tidak akan berhenti. Oleh karena itu, penggunaan yang kontinyu harus diiringi dengan pengelolaan sampah yang berkelanjutan pula. Supaya manfaat produk tidak berbanding terbalik dengan kerusakan lingkungan yang disebabkan sisa produk tersebut. (nra)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H