Salah satu kenikmatan pokok yang diberikan Allah pada makhluknya antara lain adalah waktu luang dan kesehatan. Dua hal itu harus dimanfaatkan dengan baik sehingga mendatangkan manfaat untuk dunia dan akhirat. Jika tidak, keduanya justru akan mendatangkan masalah di dunia dan akhirat pula.
Waktu luang yang disia-siakan pasti mendatangkan masalah berupa kemalasan. Dan kemalasan itu akan memundurkan berbagai kepentingan dan keperluan. Pada akhirnya kemalasan. Akan mendatangkan penyakit bagi tubuh karena enggan bergerak sehingga mendatangkan penyakit.
Bagi sebagian orang, Ramadan menjadi hambatan untuk memanfaatkan waktu luang dan menjaga kesehatan. Puasa sebagai ibadah tak jarang menjadi penghambat seseorang untuk beraktivitas karena kondisi lemas tidak makan. Namun, kemalasan itu juga datang ketika sudah tiba waktu berbuka. Alasannya, kondisi kenyang sehingga malas untuk beraktivitas.
Alasan bisa datang beribu-ribu untuk membenarkan kemalasan seseorang. Maka kita seharusnya memiliki target tersendiri agar puasa tidak menghalangi apapun dalam keseharian. Puasa seharusnya justru membuat kita lebih rajin karena ada keutamaan lainnya di Bulan Ramadan. Yaitu, segala aktivitas yang baik akan dilipatgandakan pahalanya.
Bahkan tidur pun akan mendapatkan pahala. Namun, ungkapan bahwa tidur pun akan mendapatkan pahala, jangan kemudian mendorong kita untuk terus tidur. Justru kita harus berpikir sebaliknya, "jika tidur saja berpahala, apalagi kalau kita melakukan aktivitas positif lainnya".
Seimbangkan Ibadah dan Olahraga Ramadan
Ramadan harus menjadi waktu yang tepat untuk Riyadhoh (latihan) ibadah. Majelis Dzikir Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) Benteng Suryalaya Surabaya telah biasa melaksanakan riyadhoh selama 40 hari. Waktunya riyadhoh itu dimulai sejak 10 hari sebelum Ramadan datang. Yaitu sejak 20 Sya'ban dan akan berakhir nanti di akhir Ramadan.
Riyadhoh itu menjalankan ibadah qiyamullail atau shalat malam hingga waktu Isra' atau awal waktu shalat Dhuha. Dimulai sebelum jam 02.00, para Ikhwan wal Akhwat dianjurkan mandi taubat. Kemudian tepat pukul 02.00 shalat Tahajjud 12 rakaat, shalat Tasbih 4 rakaat, dan shalat Hajat.
Setelah shalat Sunnah, dilanjut dengan berdzikir hingga waktu sahur. Ketika tiba waktu sahur, peserta makan sahur lalu kembali naik ke masjid untuk bersiap shalat Subuh berjamaah. Setelah shalat Subuh dilanjutkan dzikir, khataman, kultum, dan ditutup shalat sunnah Isra', Istiadah, Istikharah, dan Sirullah masing-masing 2 rakaat.Â
Begitu terus selama waktu Riyadhoh 40 hari. Barang siapa bisa menjalankan Riyadhoh selama 40 hari itu, insya Allah akan mendapatkan keberkahan yang luar biasa dan akan menjalankan kebiasaan itu seterusnya. Dengan hanya mengharap keridhaan Allah, ibadah itu akan mendatangkan kebaikan bagi yang berhasil menjalankannya.
Ternyata semua aktivitas ibadah selama Ramadan benar-benar harus didukung dengan kesehatan fisik. Jika fisik lemah, hampir bisa dipastikan akan lemah juga menjalankan ibadah. Badan akan terasa lekas lelah ketika menjalani ibadah dan terbawa selalu ingin tidur atau rebahan saja.
Demikian yang saya rasakan. Alhamdulillah beberapa hari sebelum masuk Ramadan, saya menggiatkan diri untuk berolahraga. Olahraga ringan dan gratis. Yaitu, pemanasan sederhana, jalan sehat, dan pendinginan. Semua dalam waktu sekitar 45-60 menit.
Dengan rutinitas olahraga itu saya bisa merasakan kegiatan ibadah tidaklah berat. Berbeda dengan sebelum rutin berolah raga, mendirikan shalat 4 rakaat rasanya berat dan lelah sekali. Ternyata karena tubuh tidak pernah berolahraga dan mendapat beban sama sekali. Sehari-hari hanya beraktivitas ringan berdiri, berjalan, dan duduk saat bekerja.Â
Ketika tubuh tidak pernah merasakan adanya beban gerakan, maka sedikit peningkatan aktivitas akan menyebabkan kelelahan. Rasa lelah itu juga mendatangkan rasa encok, pusing, dan nyeri di sekujur tubuh. Namun, jika tubuh sudah biasa berolahraga dan mendapatkan beban aktivitas, maka tambahan beban ibadah akan terasa mengasyikkan.
Jika di hari biasa olahraga dilakukan ketika pagi hari, pada Bulan Puasa olahraga bisa dipindah waktunya. Sebab, jika dilakukan pada pagi hari yang terjadi justru bisa membatalkan puasa karena lelah, haus dan lapar setelah berolahraga sementara waktu berbuka masih jauh. Selama puasa, olahraga bisa dilakukan di malam hari setelah Shalat Tarawih.Â
Saya sudah merasakan betapa hasil olahraga ringan begitu mendukung kegiatan ibadah. Kelelahan yang biasanya datang ketika ibadah akan hilang jika badan biasa diolah dengan baik. Tahun ini semoga Riyadhoh 40 hari bisa dijalankan dengan baik dan berhasil. (nra)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H