Tentang pengelolaan sampah yang terintegrasi, Ganjar-Mahfud mesti benar-benar mengevaluasi pengelolaan sampah saat ini. Karena klaim integrasi dalam pengelolaan sampah sering disalahartikan menjadi sentralisasi pengelolaan sampah. Nah, kalau sudah sentralisasi dalam pengelolaan sampahnya, bisa dipastikan akan kembali pada kebergantungan TPA.
Ganjar yang sudah punya pengalaman jadi Gubernur Jawa Tengah, secara langsung atau tidak telah punya warna tentang pengelolaan sampah. Beberapa kabupaten di Jawa Tengah telah dikenal dan viral pengelolaan sampahnya meski rapuh secara sistem.Â
Namun, itu bekal yang bagus untuk perbaikan jika Ganjar jadi Presiden RI. Sedangkan dari Mahfud, dengan pengalamannya di yudikatif dan begitu paham hukum, kita bisa berharap regulasi pengelolaan sampah bisa tegak dan dijalankan jika rakyat memilihnya jadi Wakil Presiden RI.
Visi Misi Prabowo-Gibran Tidak Membahas Sampah
Dalam visi misinya, Prabowo-Gibran tampaknya tak menganggap sampah sebagai masalah nasional. Secara garis besar Prabowo-Gibran membahas tentang lingkungan yang berkelanjutan untuk masa depan generasi bangsa. Namun tak ada pembahasan spesifik tentang solusi persampahan nasional.
Saran Solusi Sampah untuk Para Capres-Cawapres
Ada hal yang harus diluruskan dari pemahaman dua capres-cawapres (AMIN dan Ganjar-Mahfud) yang dalam visi misinya membahas sampah. Yakni, tentang kantong plastik dan plastik. Dua capres dan cawapres itu tampaknya masih terhegemoni dengan pemikiran bahwa plastiklah yang merusak lingkungan. Padahal bukan!
Salah besar jika ada capres-cawapres dan siapapun lainnya memusuhi plastik. Pernyataan ini bukan karena saya produsen atau penjual plastik, atau mendapatkan sponsor dari produsen plastik.Â
Pernyataan ini datang dari seseorang yang memiliki sedikit pengalaman di lapangan berkaitan dengan sampah dan plastik. Yakni, seseorang yang menyaksikan dan merasakan sendiri bagaimana plastik merusak lingkungan tapi sekaligus juga plastik bisa menghidupi banyak orang di kalangan bawah.
Plastik memang merusak lingkungan, tapi 70% makanan dan minuman kita akan rusak setiap harinya tanpa adanya plastik. Plastik memang merusak lingkungan, tapi jutaan orang hidup di industri plastik mulai dari produksi bijih plastik, produksi plastik, distribusi, penjualan, pemulungan, dan daur ulang.
Maka memusuhi plastik pada akhirnya saya anggap sebagai kekonyolan yang harus dihentikan. Terlebih lagi ketika permusuhan pada plastik dikipasi oleh persaingan bisnis dan dagang produk kemasan non-plastik seperti wadah kertas.