Akhirnya, saat waktunya panen (18-21 hari), maggot BSF masih kecil. Dan ketika sudah besar, maggot BSF sudah menghitam menjadi prepupa. Prepupa kurang diterima pasar.
Bagi yang tidak punya mesin pemilah sampah atau mesin bubur sampah organik, pegiat sampah memberi pakan maggot BSF dari sampah tercampur. Di awal-awal, ketika masih semangat, pegiat sampah masih rajin memilah sampah tercampur untuk diambil sampah organiknya sebagai pakan maggot BSF. Tapi, itu tidak berlangsung lama. Karena memungut sampah organik dari sampah yang tercampur membutuhkan pengorbanan yang besar.
Pegiat sampah harus berhadapan dengan sampah yang sudah berbau atau busuk karena proses fermentasi sampah tercampur. Kemudian, sampah organik hasil memungut dari wadah sampah tercampur itu mereka berikan pada maggot BSF.Â
Kegiatan seperti itu tidak mungkin dilakukan terus menerus oleh pegiat sampah. Sebagai alternatif, mereka akhirnya membeli sampah organik dari pasar untuk pakan maggot BSF. Hal itu juga tak mungkin bertahan lama karena operasional dan biaya yang tidak seimbang dengan penghasilan.
Akhirnya semua kegiatan itu berhenti. Mangkraklah fasilitas dan peralatan maggot BSF yabg dibeli dan dibangun. Dan kondisi itulah yang banyak terjadi di kegiatan budidaya maggot BSF dengan tujuan mengurangi sampah. Penyebabnya, gagal budidaya, gagal panen, dan gagal pemasaran.
Ikan dan Unggas Tidak Sehat Diberi Maggot BSF
Banyak pembudidaya maggot BSF dari pegiat persampahan yang mengembangkan orientasinya. Terutama ketika mereka gagal memasarkan maggot BSF hasil panennya. Sekali lagi, pasar terorganisir tidak menerima maggot BSF yang dibudidaya secara asal-asalan dan tidak standard.
Akhirnya, mereka mencoba mengintegrasikan budidaya maggot BSF dengan perikanan dan peternakan. Sebab, banyak informasi yang beredar bahwa maggot BSF bagus untuk pakan ikan dan ternak. Lagi-lagi dengan kurangnya pengetahuan banyak pihak yang mengikuti informasi itu tanpa mempelajari lebih lanjut.Â
Maka pembudidaya maggot BSF terutama dari pegiat persampahan membangun perikanan dan peternakan dengan maksud akan diberi pakan maggot BSF tersebut. Umumnya mereka memelihara ikan air tawar seperti lele dan untuk ternak mereka memelihara ayam.
Berjalannya waktu, ikan lele yang selalu mereka beri makan maggot BSF diketahui tidak berkembang dengan baik. Hanya besar kepalanya saja. Belakangan baru diketahui bahwa ikan yang diberi pakan maggot BSF hanya besar kepalanya saja karena maggot BSF memiliki kandungan protein yang tinggi, tetapi kandungan lemaknya juga tinggi. Kandungan lemak yang tinggi ini dapat menyebabkan ikan tumbuh lebih cepat, terutama di bagian kepala.
Ikan membutuhkan protein untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Protein merupakan komponen utama penyusun jaringan tubuh ikan, termasuk otot, tulang, dan organ. Ikan juga membutuhkan lemak untuk energi dan cadangan makanan.