Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Dulu Tinggal di Belakang Gereja, Sekarang Masjid di Dekat Gereja

17 April 2022   14:47 Diperbarui: 17 April 2022   14:58 3055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jl. Trunojoyo III adalah gang rumah kami yang lokasinya berada di belakang Gereja Pantekosta. (Foto mapsus.net)

Meski kental dengan nilai-nilai religius Islam, bukan berarti tidak ada toleransi beragama di Pulau Madura. Pulau Garam ini tidak hanya dihuni oleh pemeluk agama Islam, tapi juga agama lain. Dan semuanya hidup berdampingan dengan damai.

Bangkalan adalah salah satu kabupaten di Madura yang menghidupkan toleransi antar umat beragama. Di kabupaten tempat lahirnya ulama besar Syaichona Muhammad Cholil, juga hidup masyarakat pemeluk agama Kristen, Konghucu dan Budha. Selain tempat ibadah masjid, di pusat kabupaten juga terdapat beberapa gereja dan kelenteng. 

Hidup dan besar di Bangkalan, sejak kecil toleransi beragama sudah menjadi bagian dari kehidupan saya dan keluarga. Sebab, rumah tempat kami tinggal berlokasi di belakang Gereja Pantekosta yang ada di Jl. Trunojoyo. Jika ada teman atau orang bertanya alamat rumah, kami selalu sampaikan bahwa rumah kami ada di belakang gereja. 

Saking seringnya kami menyampaikan hal itu, orang kadang mengira agama kami sekeluarga Kristen. Tentu saja tidak. Kami hanya kebetulan tinggal di rumah yang di depannya ada bangunan gereja. Gereja itu lebih dulu ada daripada rumah kami.

Nah, karena bertetangga dengan gereja, tentu kami bisa mendengarkan ceramah pendeta di setiap hari minggu sore atau hari-hari besar Kristen lainnya. Kami juga bisa mendengar nyanyi pujian jamaah gereja itu yang diiringi dengan band setiap waktu peribadatan mereka.

Sebagai tetangga, jika Natal tiba kami sering dapat bingkisan. Saat itu saya dan 4 kakak perempuan saya masih kecil, tentu senang mendapat bingkisan yang isinya makanan ringan dan mie instan. Sering kami diperingatkan teman bahwa sebenarnya bingkisan itu diberikan supaya kami pindah agama. Tapi kami tahu mereka mengatakan itu karena iri tidak kebagian bingkisan dari gereja.

Gereja Dibakar Perusuh

Pernah ada kejadian yang membuat kami sekeluarga ketakutan karena bertetangga dengan gereja. Itu pada saat terjadi kerusuhan tahun 1998. Di Bangkalan juga pecah kerusuhan. Gereja, kelenteng, toko-toko milik non-muslim dirusak dan dibakar. Tak terkecuali Gereja Pantekosta tetangga depan rumah kami.

Malam itu saya masih ingat, ribuan orang memenuhi jalanan di Bangkalan merusak dan bahkan membakar apa yang jadi target mereka. Di antaranya gereja di depan rumah kami. Pintu gereja lebih dulu dirusak kemudian banyak orang masuk ke dalam gereja dan mengobrak-abrik isinya.

Kami dari dalam rumah mendengar perusuh yang masuk membanting isi gereja. Kursi dan alat-alat musik di dalam gereja di obrak-abrik. Tak lama kemudian api pun berkobar dari dalam gereja. Kami dan beberapa tetangga lainnya tentu bingung harus bagaimana. Namun, sungguh beruntung api tak sampai membesar hingga merembet ke bangunan lain. Pemadam kebakaran datang.

Paginya kami keluar rumah untuk melihat kondisi gereja. Bukan hanya isinya porak poranda dan dibakar, beberapa bagian bangunan gereja juga dirobohkan oleh perusuh. Aparat keamanan berjaga di lokasi untuk mengantisipasi kemungkinan rawan keamanan yang lain. Saya ingat waktu itu sekolah sampai diliburkan sepekan untuk memulihkan kondisi.

Hari Minggu yang mestinya gereja itu dipakai untuk beribadat, para jamaah tidak datang. Demikian pula areal gereja masih dipasang garis polisi. Kami tetangga gereja itu tentu ikut prihatin atas kondisi itu. Cukup lama gereja itu ditinggalkan, tak pernah dipakai beribadat. Hingga akhirnya suatu hari datang pada kami jamaah gereja itu memberitahukan bahwa mereka akan membangun ulang gereja dan akan menggunakannya untuk beribadat.

Di Surabaya Bertetangga dengan Gereja Lagi

Hingga kini gereja di Bangkalan itu masih berdiri dan digunakan untuk beribadah. Sementara saya sudah pindah dan tinggal di Kota Surabaya. Setelah sekian lama tinggal di Surabaya, saya istri dan anak-anak akhirnya menemukan masjid favorit keluarga. Yang lokasi masjid itu bersebelahan dengan gereja. Yaitu, Masjid Ash-Shoobiriin yang bertetangga dengan Gereja Pantekosta juga. Gereja yang sama dengan tetangga depan rumah saya di Bangkalan.

Gereja Pantekosta di Indonesia yang bertetangga dengan Masjid Ash-Shoobiriin. (Foto gereja.in)
Gereja Pantekosta di Indonesia yang bertetangga dengan Masjid Ash-Shoobiriin. (Foto gereja.in)

Suasana damai dan toleransi sangat terasa terutama di Hari Minggu. Ketika Masjid Ash-Shoobiriin rutin mengadakan pengajian ba'dha Subuh. Ketika jamaah masjid pulang, bersamaan itu jemaat gereja baru datang. Saling tegur dan sapa antara jamaah masjid dan jemaat gereja menciptakan suasana yang sangat damai.

Lain waktu ketika Hari Raya Idul Fitrih atau Idul Adha bertepatan di hari Minggu. Jamaat gereja pun dengan lapang dada mengundurkan waktu peribadatannya hingga sholat Ied selesai dilaksanakan di Masjid Ash-Shoobiriin. Saling pengertian dan toleransi itu sudah berlangsung bertahun-tahun sejak dua rumah ibadah itu berdiri bersamaan dengan dibangunnya perumahan di Jl. Rungkut Mapan Tengah - Surabaya itu. (nra)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun