Melihat kualitas dan kuantitas aksi demonstrasi Senin, 11 April 2022 mengingatkan kita bahwa mahasiswa masih punya kekuatan. Mereka masih punya suara untuk menyuarakan kesulitan masyarakat dan memprotes oligarki yang kian merajalela.
Tapi semua patut diacungi apresiasi. Baik demonstran maupun aparat keamanan yang berjaga. Mungkin karena para aparat pun yang turun lapangan pun merasakan kesulitan yang sama sebagaimana disuarakan mahasiswa. Istrinya, ibunya, mertuanya juga stres dengan harga minyak goreng, harga pertamax, dan makin tidak pentingnya perkataan-perkataan politik yang lalu lalang di tivi dan media sosial.
Bayangkan, mahasiswa itu sekitar 2 tahun terakhir tidak bisa bertatap muka. Tidak bisa bertemu, membangun strategi, membangun kekuatan, dan berkoordinasi. Namun, kita bisa lihat bagaimana mereka solid turun ke jalan melancarkan aksi.Â
Aparat keamanan juga salut. Dua tahun juga mereka tidak pernah mengatasi aksi besar semacam itu. Padahal, aksi mahasiswa cenderung emosional dan rawan benturan. Namun syukurnya aksi 11 April 2022 berhasil akhir damai. Tidak ada drama chaos mahasiswa versus aparat.
Untuk apa mahasiswa chaos dengan aparat? Mereka punya dan merasakan penderitaan yang sama. Paling-paling mereka salah paham sedikit dan benturan terjadi dalam aksi massa itu biasa saja.Â
Namun, apa yang terjadi pada Ade Armando itu hal beda. Kita bisa melihat bahwa ada setidaknya 3 pendapat mengenai apa yang terjadi pada Dosen Universitas Indonesia (UI) yang selama ini dikenal selalu memihak Pemerintahan Joko Widodo. Itu terlihat dari channel dan narasi yang disampaikannya melalui media sosialÂ
Ade Armando Serahkan Diri pada Massa
Ade Armando hadir di tengah massa yang memiliki pandangan berlawanan dengannya. Apapun alasannya, Ade Armando berada di waktu dan tempat yang salah pada 11 April 2022.Â
Apapun yang dikatakan Ade Armando sebelum terjadi penyerangan padanya, sama sekali tidak mengurangi perbedaan pandangan antara dirinya dengan massa aksi. Meski pun Ade Armando menyatakan tidak ikut demo, hanya memantau demo, atau bahkan mengatakan mendukung demo itu : apapun yang dikatakannya tidak mengurangi silang pendapat antara dirinya dengan aksi massa.
Bahkan, jika Ade Armando diam pun, dia tetap salah berada di antara massa aksi. Karena beda pendapat antara Ade Armando dan massa bukan ahistoris. Proses itu berjalan waktu demi waktu sehingga banyak yang gemas padanya.Â