Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Puang Asrul, Legenda Hidup Persampahan dari Tanah Bugis

7 April 2022   09:37 Diperbarui: 7 April 2022   09:54 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puang Asrul saat mengedukasi pembuatan Peraturan Desa tentang Pengelolaan Sampah di Pasuruan - Jawa Timur. (Dokumentasi pribadi)

Manusia sampah yang ini bukan orang yang setiap hari bergelut dengan sampah. Hidup di TPA, mengambil sampah dari rumah-rumah atau yang setiap hari berpindah - pindah membersihkan sampah.

Orang ini berbeda. Namanya Asrul Hoesein, asal Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Dia bukan pemulung, bukan petugas sampah, bukan pegiat bersih-bersih lingkungan dan bukan juga pejabat.

Rasanya tak berlebihan jika kepadanya julukan "Legenda Hidup Pengelolaan Sampah" diberikan. Yang mana sejarahnya sejak muda sudah bergelut dengan sampah. Ketika Pemerintah Indonesia di masa Soeharto menganugerahinya penghargaan sebagai Pemuda Pelopor Nasional dari Bone.

Bukan hanya sekali, Asrul dianugerahi sebagai Pemuda Pelopor Nasional dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Indonesia masa Soeharto karena gerakannya mendorong anak-anak muda di Tanah Bugis dan sekitarnya untuk berkarya dan berbisnis. Atas prestasinya itu, Asrul kemudian menjadi instruktur Achievement Motivation Training (AMT) di Kementerian Tenaga Kerja yang membuat pikirannya meng-Indonesia sejak muda hingga saat ini.

Sejak itu, anak-anak ideologis Asrul ada di seluruh Indonesia. Berkarya dan bergerak di berbagai bidang. Terutama di bidang kewirausahaan. Maka tak heran di masa pensiun dari bisnis, Asrul justru makin sibuk terbang ke berbagai daerah di Indonesia untuk menemui dan membimbing anak-anak ideologisnya. 

Sekarang, pada usianya yang ke 60 tahun (7-04-1962) ini, Asrul sama sekali tidak kelihatan lelah. Dia masih terus berkarya dan bergerak. Kini dengan temuannya mengenai manajemen pengelolaan sampah melalui sistem Primer Koperasi Pengelola Sampah (PKPS), Asrul terus aktif mengajari, membimbing, dan mendorong "anak-anaknya" menjadi solusi masalah sampah di Indonesia.

Memakruhkan Diri Berbisnis Sampah

Selalu ada kesan di jumpa pertama. Dengan Asrul Hoesein ini, kalimat yang saya tangkap pertama kali : "Makruh hukumnya jika saya berbisnis sampah."

Pemahaman saya tentang bisnis sampah hanya selevel pemulung dan pengepul rongsokan. Saya sendiri penggerak sosial. Yang cinta keadaan bersih. Memang tidak bisnis sampah.

Dari Puang (sebutan penghormatan dalam masyaraat Bugis) Asrul inilah saya mendengar bisnis sampah ternyata lebih tinggi levelnya dari pengetahuan saya. Dan memang itu yang ingin saya ketahui. Yaitu, saat saya diajak Nurcholis, Leader World Cleanup Day (WCD) Kabupaten Lumajang, ikut acara sosialisasi Primer Koperasi Pengelola Sampah (PKPS) di Surabaya. Sebuah entitas lembaga bisnis pengelolaan sampah yang merupakan idenya Puang Asrul.

Di acara itulah Puang Asrul menerangkan soal regulasi sampah. Sederhana, ringkas dan lugas. Kalimat makruh baginya untuk berbisnis sampah 'keluar berkali-kali. Mempertegas sikap itu pada semua yang hadir.

Puang Asrul sudah puluhan tahun menggeluti sampah dalam perjalanan bisnisnya. "Bisnis sampah bukan hal kecil," katanya.

Dia meninggalkan bisnis sampah agar orang berhenti berpikir bahwa upayanya menata pengelolaan sampah Indonesia adalah untuk kepentingan bisnisnya. Sebab, dia tahu betul siapa saja yang terlibat dalam upaya seperti itu. Berbicara tata kelola sampah tapi tujuan sebenarnya adalah memonopoli dan menguasai berbagai bisnis yang ada di dalam sampah.

Dari orang ini pengetahuan sampah saya menjadi bercabang ke mana-mana. Dari hanya sekadar sisa menjadi material daur ulang, lalu ada dugaan korupsi, bisnis, politik dan skandal-skandal di persampahan. 

Pada 2015 Puang Asrul mengusulkan sebuah sistem dengan konsep yang menerjemahkan regulasi persampahan. Sistem ini adalah poros sirkular ekonomi Indonesia. 

Jika orang hanya bicara sirkular ekonomi, pria berkumis itu melangkah lebih jauh lagi dengan memuat konsep porosnya. Sayangnya usulnya sempat "dicuri" pemerintah. Melaksanakan ide yang diusulkannya tanpa melibatkannya.

Keyakinan Puang Asrul bahwa ilmu dan ide akan kembali pada pemiliknya sangat kuat dan itu terbukti. Pada 2019 Puang Asrul dipanggil pemerintah, tepatnya Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) terkait idenya poros sirkular ekonomi tersebut.

Kementerian tersebut kemudian mendukung penuh idenya membentuk PKPS di seluruh Indonesia. Terlepas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang sudah menandatangani kesepakatan dengan Kemenkop UKM dalam rangka peningkatan pengelolaan sampah.

Hingga kini PKPS itu terus tumbuh dan berdiri bermula dari Kota Pahlawan - Surabaya, lalu meluas ke daerah lain di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Papua, Bali dan menyusul pulau lainnya. PKPS dibentuk secara berjenjang dan berjejaring untuk mengelola sampah "tulang dan dagingnya".

Dengan akses yang dimiliki Puang Asrul di kalangan kementerian, dia sama sekali tidak tergoda untuk menyegerakan terbentuknya PKPS secara nasional. Padahal sangat mudah baginya menjadikan PKPS sebagai jaringan koperasi nasional dengan pola top down.

Tapi, Puang Asrul tetap menyerahkan dinamika pembentukan rumah bersama pengelola sampah itu ke daerah dan personalnya masing-masing.Perkembangan PKPS yang sudah didukung penuh oleh Kemenkop UKM terbilang lambat. Berbeda dengan bank sampah yang didukung KLHK.

Atas dukungan KLHK, bank sampah relatif cepat berdiri dan hadir di seluruh Indonesia. Sebuah asosiasi yang hidup "menyusu" pada KLHK dijadikan agen pendirian bank sampah di banyak tempat. Dan juga agen penyaluran bantuan untuk bank sampah.

Tapi cepatnya proses pembentukan bank sampah berdampak pada bank sampah itu sendiri. Cepat hidup, cepat mati juga. Terutama jika sudah selesai keperluannya dalam penilaian Adipura.

Puang Asrul pernah mengusulkan Asosiasi Bank Sampah Indonesia (ABSI). Sayangnya, usulan itu tak dipakai KLHK. Tapi justru beruntung ide itu tak ditindaklanjuti, karena Asrul kemudian membangun PKPS.

KLHK justru mendukung ASOBSI yang kepanjangannya sama persis dengan usulan Puang Asrul saat mengusulkan ABSI. Puang Asrul percaya ASOBSI adalah hasil memplagiat idenya. Apalagi di dalam ASOBSI ada seorang yang sangat dekat dengan Puang Asrul dalam soal sampah. 

Tanpa merasa dikhianati, Puang Asrul yakin ASOBSI akan berjalan ibarat siput. Pelan dan selalu dalam bahaya. Karena banyak potensi pelanggaran hukumnya. Dan sebagian dari kata-katanya itu sudah terbukti.

Dinamika persampahan tak ada satu pun lepas dari Puang Asrul. Dia dengan lantang melawan pelarangan kantong plastik, styrofoam, sedotan plastik dan lain-lain. Dia mengarahkan semuanya pada pengelolaan sampah yang berbasis gotong royong dan tanggung jawab semua pihak secara proporsional.

Dia membuka rahasia program-program gagal melalui tulisan -- tulisannya, video -- video youtube dan dalam forum-forum terbuka yang membahas sampah. Meski tak menelanjangi semuanya, Puang Asrul membuatnya agak transparan.

Pria asal Bone ini jugalah yang lantang meneriakkan antimonopoli dalam pengelolaan sampah. Dan yang seru lagi, Puang Asrul melawan trend bawa tumbler untuk mengurangi sampah botol plastik.

Lantang juga Asrul menyuarakan bahwa selama ini pemerintah gagal mengelola sampah. Mulai dari menyatakan sirkular ekonominya pemerintah sebagai jargon dan slogan belaka hingga menduga pemerintah hanya memboroskan anggaran pengelolaan sampah.

Memasukkan mapping potensi dalam pengelolaan sampah juga dilakukan Puang Asrul. Menurutnya, hanya dengan sistematika assesment-lah sampah bisa diatasi. Kemudian memenuhi kebutuhan pengelolaan sampah kawasan hingga yang terkecil, rumah tangga.

Akhirnya, sebagai salah satu anak ideologisnya di Indonesia, saya ingin mengucapkan : "Selamat Ulang Tahun Puang Asrul ke - 60 Tahun. Semoga panjang umur dan terus bermanfaat untuk tanah air dan bangsa". (nra)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun