Dalam 5 tahun terakhir, jagat persampahan dipenuhi inisiatif pendirian koperasi. Primer Koperasi Pengelola Sampah (PKPS). Kita sudah tahu siapa penemunya : Asrul Hoesein.
Di awal seperti mengoceh sendirian : tidak ada yang memperhatikan. Ide koperasi pengelolaan sampah tentu bertolak belakang dengan kapitalisme yang selama ini jadi jantung di persampahan.
Asrul Hoesein tak surut langkah. Dia terus bergerak dan bicara sistem koperasi pengelola sampah adalah solusi untuk Indonesia. Hingga akhirnya PKPS berpapasan dengan pengkhianatan : tidak mungkin koperasi bisa selesaikan masalah sampah Indonesia. Pernyataan yang timbul sebagai "perlawanan". yang bertemu lawan sejatinya. Kapitalisme pengelolaan sampah berupa sentralisasi
Itu menunjukkan PKPS sesungguhnya bukan tak diperhatikan. PKPS sedang diintip dari dekat oleh banyak orang. Yaitu, mereka yang khawatir bisnis sampahnya terganggu. Mulailah PKPS sebagai koperasi bertemu dengan lawan sejatinya : kapitalisme.
Sentralisasi pengelolaan sampah adalah tanda dan ciri kapitalisme dalam pengelolaan sampah. Kapitalisme tidak selalu besar, ada banyak juga yang kecil-kecil yang mentalnya materialistik. Dalam ekonomi, koperasi dan kapitalisme barangkali seperti air dan api.Â
PKPS merupakan sistem baru yang menandai masuknya sistem koperasi ke pengelolaan sampah. Sebelumnya, tidak ada koperasi yang mengelola sampah. Koperasi yang ada umumnya bergerak di bidang konsumsi, produksi, jasa, dan keuangan (simpan pinjam).
Yang paling terkenal, koperasi simpan pinjam. PKPS sempat membahagiakan orang-orang di pengelolaan sampah. Harapan mereka, jika bergabung dengan PKPS maka bisa dapat pinjaman modal. Itu memang bisa namun harus berproses. Bukan jadi anggota koperasi sehari lalu langsung mengajikan pinjaman modal.
PKPS pun kini banyak berdiri. Berawal dari Kota Surabaya, PKPS pertama berdiri. Ketuanya bekas jurnalis. Sekarang dia jadi partner Asrul Hoesein menjaga sistem agar PKPS tidak menjadi pengangkut sampah.
PKPS rawan sekali menjadi pengangkut sampah dan terjerumus dalam sentralisasi pengelolaan sampah. Menyandang nama koperasi namun menjalankan praktik kapitalisme. Itu baru di dalam urusan mengelola sampah. Dalam sistem jual beli sampah daur ulang, PKPS juga sangat rentan jadi kapitalis golongan.
Namun kerentanan itu tak membuat penemu PKPS gemetar sedikitpun. Kapitalisme tidak akan merusak PKPS. Karena PKPS yang mengarah pada kapitalisme akan bubar dengan sendirinya, tidak akan sampai besar.Â