Setidaknya dengan mencegah masyarakat tidak membuang sampah setiap hari. Caranya dengan menyiapkan infrastruktur pemilahan sampah di setiap rumah. Wadah pemilahan sampah organik dan anorganik.
Jika tidak bisa dua, cukup sediakan satu saja. Yaitu tempat sampah anorganik, komposter. Untuk tempat sampah anorganik, masyarakat bisa mengupayakannya sendiri. Cukup menyediakan kantong ukuran besar untuk menampung sampah anorganik seperti plastik, kain, kaca, metal atau lainnya.
Komposter dengan ukuran terkecil untuk rumah tangga beranggota 4-5 orang, bisa menahan sampah organik minimal 2-3 bulan. Kantong sampah anorganik bisa menahan sampah seminggu sampai 10 hari. Dengan cara itu masyarakat tidak akan lagi membuang sampah setiap hari.
Komposter yang benar perlakuannya akan membuat sampah organik tidak bau. Karena penguraian akan mencegah fermentasi sampah organik yang menimbulkan metana yang berbau khas sampah itu. Sampah anorganik yang dipisah dari organik tidak akan mengeluarkan bau.
Masyarakat membuang sampah setiap hari untuk menghindari sampah organik yang menimbulkan bau tak sedap jika tak segera dijauhkan dari rumah. Sampah bau karena ada proses fermentasi. Sementara sampah rumah tangga 70 persen unsurnya adalah organik.
Hanya komposter yang bisa menjawab masalah sampah yang setiap hari dibuang oleh masyarakat itu. Apalagi kalau kemudian sistemnya dibangun agar sampah yang terpilah di rumah sudah merupakan material daur ulang teknis, biologis atau energi.
Jika itu berjalan maka sudah sesuai dengan regulasi yang menginginkan agar sampah terkelola dengan asas yang positif. Pengelolaan sampah hanya bisa diperbaiki dengan cara yang benar sesuai regulasi. Memperbaiki sesuatu tidak bisa dengan cara yang salah atau melanggar regulasi. (nra)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI