Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Memahami Realitas Dalam Fiksi, Review "The Matrix Resurrection"

24 Desember 2021   15:06 Diperbarui: 24 Desember 2021   15:40 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan di film The Matrix Resurrection saat Neo melindungi Trinity. (Foto: timeout.com)

Setelah 18 tahun akhirnya film The Matrix hadir lagi. Kali ini dengan tajuk "The Matrix Resurrection". Resurrection berarti kebangkitan. Kebangkitan Neo dan Trinity.

Penonton film ini setidaknya berusia 35 tahun ke atas. Di mana 18 tahun lalu, saat The Matrix Revolution atau The Matrix Reloaded, usia mereka sekitar 17 tahun. Sudah mengerti jalan cerita film ini. Sudah bisa membedakan realitas dan fiksi di dalam film itu.

Sejak awal film The Matrix muncul, jalan ceritanya memang memutar antara dua dimensi dan waktu. Dimensi asli di-setting tahun 2257, sementara dimensi lainnya di-setting tak jauh dari era sekarang.

Jadi, realitas di film itu adalah tahun 2257. Sementara fiksi yang merupakan setting game di film itu lebih kuno, yang kurang lebih sama dengan keadaan saat ini. 

Kalau kurang dewasa, menonton film ini akan membingungkan. Apalagi nonton The Matrix Resurrection tanpa sebelumnya menonton tiga sekuel lainnya. Mungkin Anda akan mengantuk dan tidur karena tak mengerti jalan ceritanya. 

Kunci dari mengerti film The Matrix Resurrection adalah mengenal Neo, Trinity, Morpheus, dan Agent Smith. Neo, Trinity, dan Morpheus adalah nama asli ketiganya dalam realitas film itu. Di dalam fiksi game The Matrix hanya Neo dan Trinity yang punya nama alias. Yaitu, Thomas Anderson dan Tiffany.

Pelajaran tentang Pilihan dan Kekuatan Cinta

Sungguh, jika diikuti dengan serius, film ini bukan lagi hanya bercerita soal game The Matrix. Tapi juga mengajak penontonnya berpikir dan memahami apa arti sebuah pilihan.

Dalam film akan ada adegan di mana Bugs bertemu dengan Morpheus dalam tampilan yang muda dan baru. Lalu Bugs menawarkan pil biru dan merah. Pil merah untuk kembali ke realitas dan pil biru akan membuatnya Morpheus tetap berada di bawah pengaruh fiksi The Matrix.

Bugs berkata, "Pilihan hanyalah ilusi, kita tahu apa yang sebenarnya kita mau lakukan". Lalu Morpheus memilih pil merah.

Di adegan lain, ada juga pelajaran tentang kekuatan sepasang kekasih. Di mana kekuatan Neo meningkat ketika dia diingatkan agar memperkuat dirinya untuk menyelamatkan Trinity yang ditahan oleh The Matrix. Maka semakin kuatlah Neo.

Adegan saat Trinity membawa Neo menghindari serangan Agent hingga akhirnya terpojok. (Foto: nme.com)
Adegan saat Trinity membawa Neo menghindari serangan Agent hingga akhirnya terpojok. (Foto: nme.com)

Neo juga mengajari penonton bahwa pasangan kita adalah orang yang justru lebih memahami dan mempercayai kita lebih dari diri kita sendiri. Neo tidak pernah percaya bahwa dirinya adalah "yang terpilih", tapi Trinity selalu percaya Neo adalah orang "yang terpilih".

Ketika upaya pembebasan Trinity dari The Matrix, ada juga adegan yang sangat menginspirasi. Yaitu, saat Neo percaya Trinity akan kembali padanya tanpa menelan pil merah. "Selama ini Trinity selalu percaya padaku. Kini saatnya aku mempercayainya," kata Neo. Dan benar, Trinity akhirnya kembali pada Neo dalam fiksi film itu. 

Ketika Neo dan Trinity terpojok di atas sebuah gedung. Karena terus mendapat serangan bertubi-tubi, keduanya kemudian melompat dari atas gedung. Ada pelajaran lagi, Neo tak bisa terbang, Trinity yang bisa terbang dan mengangkat Neo. Ini mengajari kita bahwa dalam situasi berat, perempuan kerap punya kekuatan tersembunyi yang dahsyat.

Menjelang akhir film, saat Trinity menghajar pengkhianat dalam game The Matrix yang membuat fiksi Thomas Anderson dengan Tiffany ada lagi pelajaran bagusnya. 

Kurang lebih bisa dipahami begini: pengkhianat memang kerap merusak rencana bahkan kadang merugikan.  Namun semua itu tak bisa dihindari, bisa jadi karena merupakan satu proses yang harus dilalui. Yang terpenting adalah kemungkinan keadaan membaik setelahnya. Jika sudah datang, maka jangan sia-siakan kesempatan kedua. Untuk itu, kita harus berterima kasih pada pengkhianat. Karena mungkin tanpa pengkhianatan tak akan ada kesempatan kedua.

Di akhir film, Neo dan Trinity sudah sama-sama bisa terbang. Film ditutup dengan closing sountrack yang sangat keren. Lagu Rage Against The Machine (RATM) judulnya Wake Up yang dicover oleh Brass Against featuring Sophia Urista. (nra)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun